Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dongrak Daya Saing, Besaran Dana Riset Perlu Ditingkatkan

Industri dalam negeri memerlukan peningkatan dana riset dan pengembangan untuk mendongkrak inovasi dan daya saing.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

JAKARTA—Industri dalam negeri memerlukan peningkatan dana riset dan pengembangan untuk mendongkrak inovasi dan daya saing.

Tresna P. Soemardi, Ketua Umum Badan Kejuruan Mesin (BKM) Persatuan Insinyur Indonesia (PPI), mengatakan anggaran yang terbilang kecil ini menghambat kemajuan industri.

"Anggaran R&‎D [research and development] nasional masih di bawah 1%, padahal inovasi dari pengembangan dan penelitian yang dapat memajukan pertumbuhan industri nasional," kata Tresna, Rabu (4/10).

Belanja litbang di Indonesia baru mencapai 0,1% dari produk domestik bruto. Angka ini masih minim dibandingkan dengan belanja publik untuk riset di negara Asia, seperti Malaysia (1,25%), China (2%), Singapura (2,20%), Jepang (3,60%), Korea Selatan (4%). Dibandingkan dengan anggaran dengan negara maju di luar Asia, anggaran Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan Jerman (2,90%), Swedia (3,20%), dan Amerika Serikat (2,75%).

Tresna menambahkan pemerintah perlu serius meningkatkan alokasi dana riset dan pengembangan untuk menumbuhkan daya saing. Selain mengalokasikan anggaran negara, pemerintah juga dapat mengambil langkah dengan mewajibkan seluruh industri nasional berinvestasi di bidang penelitian dan pengembangan. Pemerintah dapat memberikan berbagai insentif untuk mendorong minat industri manufaktur dalam berinvestasi di riset dan pengembangan.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto menyampaikan Indonesia menempati peringkat ke-31 dalam inovasi dan ke-32 untuk kecanggihan bisnis menurut data World Economic Forum (WEF) tentang Global Competitiveness Index 2017-2018. Bahkan, Indonesia dinilai sebagai salah satu inovator teratas di antara negara berkembang, bersama dengan China dan India.

Laporan tersebut memperlihatkan daya saing Indonesia secara global pada 2017 berada di posisi ke-36 dari 137 negara. “Di dalam global value chain, nilai tambah terbesar produk industri dihasilkan pada proses R&D dan purna jual, kemudian diikuti proses branding, pemasaran, desain, dan distribusi,” kata Airlangga dalam siaran pers pekan lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper