Bisnis.com, JAKARTA - Taman Safari Indonesia 1 Bogor memiliki penghuni baru yakni sepasang giant panda bernama Cai Tao (jantan) berbobot 128 kg dan Hu Chun (betina) berbobot 113 kg, masing-masing berusia 7 tahun.
Fasilitas giant panda yang disebut Rumah Panda Indonesia seluas 4.800 meter persegi terletak 1.800 meter di atas permukaan dan di sebuah lingkungan alami terpadu yang meniru habitat alami panda raksasa di China. Fasilitas dilengkapi dengan area khusus untuk pendidikan, program penjangkauan, perawatan kesehatan hewan, penelitian medis, serta persiapan makanan dan pengolahan bambu.
Direktur Utama PT Taman Safari Indonesia Frans Manangsang mengatakan perlu lebih dari Rp50 miliar guna membangun fasilitas giant panda agar sesuai dengan standar yang ditentukan. Ada 15 kamar seperti kamar pengembangbiakan, laboratorium, rumah sakit kecil, dll.
Belum lagi biaya pemeliharaan yang disebutnya mahal. Perlu 12 tenaga ahli yang khusus dilatih dan dua tenaga ahli dari China untuk menjaga sepasang giant panda ini. Sebagai tempat pakan, TSI memiliki kebun berisi 20 jenis bambu seluas 10 ha sebagai tempat pakan.
"Kami dititipi oleh pemerintah untuk merawat yang tentu perlu biaya, selain makan dan fasilitas. Semua biaya itu mahal. Tidak ada subsidi, maka kita harus berdikari," kata dia, Selasa (28/9/2017).
Oleh karena itu, imbuhnya, TSI tengah mengkaji kenaikan harga tiket guna mendukung program konservasi panda. Selain itu, TSI menggenjot promosi guna menarik lebih banyak pengunjung.
TSI menargetkan kehadiran giant panda dapat mendorong peningkatan jumlah pengunjung lebih dari 50%. Dia menargetkan jumlah pengunjung daoat mencapai 2 juta orang per tahun setelah hadirnya giant panda.
Indonesia merupakan negara ke-16 yang mendapatkan peminjaman giant panda untuk tujuan pengembangbiakan dalam kurun waktu 10 tahun. Tahap berikutnya, Indonesia juga akan meminjamkan komodo yang merupakan reptil langka dan hanya terdapat di Indonesia, ke China untuk tujuan pengembangbiakan juga.
"Hanya belum tahu kebun binatang mana [di China] yang akan memelihara ini [komodo]. Negara lain harus membayar, karena tidak ada national treasure yang bisa dibuat barter," imbuhnya.