Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah memperkirakan Indonesia memiliki potensi energi panas laut sebagai sumber energi listrik mencapai 41 gigawatt (GW). Sayangnya, energi baru terbarukan ini belum terealisasikan.
Panas laut atau ocean thermal energy conversion (OTEC) merupakan energi yang bersumber dari perairan laut tropis. Energi ini akan menghasilkan listrik dan air murni akibat penguapan air laut.
Indonesia memiliki luas lautan 96.000 kilometer persegi (KM2), atau salah satu negara yang memiliki wilayah laut tropis yang paling luas. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang paling besar memiliki potensi panas air laut.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan potensi OTEC di Indonesia tersebar di 17 lokasi, dari pantai barat Sumatera, Selatan Jawa, Sulawesi, Maluku Utara, Bali, dan Nusa Tenggara Timur.
Ketua Masyarajat Energi Terbarukan Indonesia Suryadharma mengatakan, OTEC di dalam negeri masih dalam tahap penelitian. Namun, memerlukan biaya yang mahal untuk mengembangkan potensinya.
"Teknologi yang mahal menjadi halangan untuk mengembangkan potensi energi ini," katanya, di Jakarta, Selasa (26/9).
Meski berbiaya mahal, teknologi tersebut sudah terbukti di kalangan masyarakat energi beberapa negara di Eropa. Menurutnya, oenrintah dan stakeholders telah mempunyai acuan jntuk mengembangkan potensi panas air laut ini.
“Roadmap energi terbarukan yang disusun dalam RUEN [Rencana Umum Energi Nasiona] itu harus jadi acuan dalam pemanfaatan energi terbarukan ke depan, termasuk didalamnya adalah energi dari air laut dan OTEC."
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Lsitrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2017 hingga 2026, pemerintah berharap bisa meningkatkan bauran energi dari posisi akhir 2016 sebesar 11,9 persen ke angka 22,4 persen di tahun 2026. Untuk itu, akan ada tambahan pembangkit berbasis EBT sebesar 21,6 GW dalam jangka waktu 10 tahun ke depan.
RI Punya Potensi Panas Laut 41 GW
Pemerintah memperkirakan Indonesia memiliki potensi energi panas laut sebagai sumber energi listrik mencapai 41 gigawatt (GW). Sayangnya, energi baru terbarukan ini belum terealisasikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Gemal AN Panggabean
Editor : Sepudin Zuhri
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
10 jam yang lalu
Di Balik Aksi Lo Kheng Hong Borong Puluhan Juta Saham PGAS
14 jam yang lalu
Tekanan Berganda Harga Batu Bara dari China
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
32 menit yang lalu
Industri Petrokimia Menanti Momentum Pemulihan Tekstil
6 jam yang lalu