Bisnis.com, JAKARTA - Aktivitas Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali masih tinggi. Hasil pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat terjadinya peningkatan kegempaan dalam tiga hari terakhir.
"Gempa-gempa terasa semakin sering terjadi di sekitar Gunung Agung dengan jumlah kegempaan per hari dalam 3 hari terakhir terus mengalami peningkatan," demikian disampaikan oleh Kepala PVMBG, Kasbani siang ini, Selasa (26/9).
Dia menyebutkan, pada hari ini, dari pukul 00.00-12.00 WITA telah terjadi 268 kali gempa Vulkanik Dalam (VA), 189 kali gempa Vulkanik Dangkal (VB), dan 38 kali gempa Tektonik Lokal.
Dibandingkan dengan sebelumnya, laporan PVMBG menyebutkan, pada 23 September 2017 terjadi 490 kali gempa VA, 172 kali gempa VB dan 51 kali Tektonik Lokal, sementara 24 September 2017 terjadi 570 kali VA, 350 kali VB dan 69 kali gempa Tektonik Lokal.
Namun begitu, Kasbani menjelaskan Gunung Agung masih berada fase transisi dari Kegempaan Dalam ke Kegempaan Dangkal (lebih dekat ke permukaan). Jarak waktu antara fase Kegempaan Dangkal ke fase Kegempaan Sangat Dangkal tidak dapat dipastikan, begitupun jangka waktu dari Kegempaan Sangat Dangkal ke fase Letusan.
"Jarak waktu perubahan fase masih belum bisa ditentukan karena belum pernah ada catatan sejarah instrumental untuk dibandingkan dengan sebelum terjadinya letusan Gunung Agung di tahun 1963," ujar Kasbani.
Kasbani mengungkapkan, dari statistika gunungapi di dunia, jarak waktu dominannya dapat berlangsung dalam hitungan jam hingga hari. Ada juga di beberapa gunung yang memiliki jarak waktu hingga hitungan bulan.
Menurut Kasbani, berdasar kondisi tersebut, maka kemungkinan tidak meletus masih ada, yaitu jika energi kegempaan menurun terus hingga akhirnya stabil seperti di saat kondisi normal. Namun, indikasi ke arah penurunan belum juga teramati hingga saat ini.
"Kita tentunya berharap yang terbaik namun juga harus selalu siap dengan kemungkinan terburuk. Upaya-upaya koordinasi terus dilakukan oleh PVMBG-BG-KESDM ke stakeholders sebagai upaya kesiapsiagaan untuk pengurangan risiko bencana," tegas Kasbani.
Skenario perluasan wilayah bahaya jika letusan terjadi telah disiapkan. Skenario jika terjadi letusan adalah memperluas zona bahaya yaitu radius 12 km dari Puncak Gunung Agung dan jika diperlukan akan ditambah perluasan sektoral ke arah Utara-Timurlaut dan Tenggara-Selatan-Baratdaya sejauh 14 hingga 20 km dari Puncak Gunung Agung.
Namun hal ini tentunya disesuaikan dengan estimasi potensi ancaman bahayanya. Jika hal tersebut terjadi maka pemantauan Gunungapi akan berpindah hingga ke Denpasar dimana Tim Tanggap Darurat akan berupaya untuk terus melakukan langkah-langkah strategis dari jarak lebih dekat namun tetap mengutamakan keselamatan.