Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah akan membatasi pembangunan pembangkit listrik tenaga uap di Jawa dan akan melakukan pemerataan. Namun, pemerintah diminta memperhatikan aspek keekonomian dan teknis.
Direktur Eksekutif Institute Essential Service Reform Fabby Tumiwa berpendapat, pemerintah perlu menyusun secara teknis berkaitan dengan keekonomian pembatasan PLTU di Jawa dan pemerataan pembangunan infrastruktur listrik.
"Pemerintah bisa melihat bagaimana pertumbuhan beban listrik di Jawa, pembatasan pembangunan PLTU akan memengaruhi permintaan listrik di daerah tersebut," katanya saat dihubungi bisnis, Selasa (26/9).
Menurutnya, Jawa yang ramai dihuni oleh pelaku industri dan manufaktur akan membangun pembangkit listrik sendiri, jika pemerintah tidak mampu menyediakan listrik. Namun, tidak semua pelaku industri yang sanggup membangun pembangkit listrik. "Pemerintah harus punya solusi," katanya.
Sedangkan untuk rumah tangga, menurutnya, pemerintah bisa memberikan solusi agar masuarakat membangun panel surya agar pasokan listriknya tercukupi.
Berkaitan dengan pemerataan pembangunan pembangkit listrik di luar Jawa, pemerintah perlu menerapkan efisiensi. Misalnya, dari sisi letak pembangkit. Fabby mencontohkan pembangkit yang dibangun di mulut tambang dan di sumur gas yang dia nilai belum tentu efisien.
Fabby menjelaskan, PLTU mine to mouth atau PLTG well head berada jauh di beban puncak konsumsi listrik atau jauh dari tengah kota. Pemerintah ataupun PLN perlu membangun transmisi untuk mengantarkan listrik yang jauh.
Pembangunan transmisi juga memakan biaya yang cukup mahal. Selain itu, pembebasan lahan juga memakan biaya yang tidak sedikit dan memakan waktu yang lama.
"Hal-hal seperti ini yang perlu diperhatikan oleh pemerintah."
Pemerintah Diminta Antisipasi Dampak Pembatasan PLTU di Jawa
Pemerintah akan membatasi pembangunan pembangkit listrik tenaga uap di Jawa dan akan melakukan pemerataan. Namun, pemerintah diminta memperhatikan aspek keekonomian dan teknis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Gemal AN Panggabean
Editor : Andhika Anggoro Wening
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
38 menit yang lalu
Sederet Saran dari Ekonom untuk Lompatan Pertumbuhan Ekonomi RI
3 jam yang lalu