Bisnis.com, JAKARTA—PT Modern Cikande Industrial Estate, anak usaha PT Modern Realty Tbk segera mengantongi kontrak penjualan lahan baru hingga 25 hektare lahan kepada perusahaan yang bergerak di bidang industri baja dan plastik hingga akhir tahun ini.
Sales manager PT Modern Cikande Real Estate, Michael Adinata mengatakan kendati bisnis properti tengah lesu, Modern Cikande masih bisa membukukan penjualan lahan industri yang cukup baik. Hingga saat ini perusahaan masih optimistis mencapai target internal penjualan hingga 60 ha lahan.
Perusahaan belum berencana merevisi target penjualan tahun ini. Pihaknya masih optimistis mencapai target dari total lahan 3.175 hektare, dan masih menyisakan 60% yang bisa dikembangkan untuk bisa dikejar pembebasan lahannya.
“Tahun ini belum akan berbeda banyak dengan target tahun lalu. Mungkin tahun depan kami baru bisa lebih optimistis lagi untuk menaikkan target. Capaian kami tahun lalu memang di bawah target, tapi untuk ukuran bisnis saat ini cukup lumayan,” katanya Kamis (21/9).
Modern Cikande mematok harga lahan industri sekitar Rp2 juta/m2 belum termasuk PPN. Harga itu diklaim sangat menarik karena masih berada di range yang rendah untuk ukuran kawasan industri yang terus berkembang.
Sepanjang 2016 lalu, ModernCikande mencatatkan penjualan lahan seluas total 28,5 hektare. Hasil ini menyusul kesuksesan prestasi dua tahun sebelumnya, yaitu 2014 dan 2015, yang mencatatkan penjualan lahan tertinggi di Jabodetabek.
Baca Juga
Zona Industri Serang Timur terletak di Kecamatan Cikande, Kibin, Kragilan dan Jawilan. ModernCikande adalah salah satu kawasan industri besar yang berada di kawasan ini.
Pengembangan kawasan industri di wilayah ujung barat Pulau Jawa tersebut secara fungsi telah terintegrasi dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai sehingga dapat meningkatkan efisiensi produksi dan logistik serta meningkatkan daya saing produk manufaktur nasional di pasar ekspor, sebut saja, Bandara Udara Internasional Soekarno-Hatta, Pelabuhan Merak, jalan bebas hambatan Jakarta-Merak, serta jaringan jalan kereta api Jakarta-Rangkasbitung-Merak.
Menurutnya peran kawasan industri terhadap pengembangan sektor industri nasional sangat strategis dan signifikan. Bahkan, kawasan industri menjadi penyumbang sekitar 40% dari nilai total ekspor non-migas dan menarik investasi sebesar 60% dari total investasi sektor industri sekaligus memberikan kontribusi cukup besar terhadap penerimaan negara dalam bentuk berbagai macam pajak.