Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian ESDM kembali menerbitkan rekomendasi ekspor bijih nikel kadar rendah dan bauksit.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Bambang Susigit mengatakan bahwa rekomendasi ekspor bijih nikel diberikan kepada PT Itamatra Nusantara di Morowali Utara, Sulawesi Tengah, dengan kuota sebanyak 118.827,22 ton.
Anak usaha PT Central Omega Resources Tbk. tersebut menyusul 'saudara kandungnya' PT Mulia Pacific Resources yang memperoleh rekomendasi izin ekspor bijih nikel pada 24 Agustus sebanyak 700.000 ton.
Sementara itu, rekomendasi ekspor bauksit diberikan kepada PT Laman Mining di Ketapang, Kalimantan Barat, dengan kuota sebanyak 2,85 juta ton.
"Rekomendasi untuk keduanya terbit 14 September 2017 untuk jangka waktu satu tahun," katanya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Adapun, sejauh ini belum ada volume ekspor yang signifikan. Bahkan, sebagian perusahaan yang sudah mengantongi izin ekspor belum bergerak.
Bambang mengungkapkan hingga 15 Agustus 2017, realisasi ekspor bijih nikel kadar rendah baru sebanyak 1,44 juta ton dari total rekomendasi saat itu yang mencapai 8,16 juta ton.
Untuk bauksit, dari total rekomendasi ekspor sebanyak 3,25 juta ton sebelum adanya tambahan dari Laman Mining, realisasi ekspornya baru mencapai 275.816 ton.
Menurut Bambang, kemungkinan besar perusahaan yang belum melakukan ekspor masih melakukan persiapan. Jadi, bisa saja realisasi ekspornya di bawah kuota yang direkomendasikan rekomendasi.
"Mereka pasti melakukan persiapan-persiapan dulu. Jadi, mungkin setelah beberapa bulan dapat rekomendasi, baru ekspornya dimulai," ujarnya.