Bisnis.com, JAKARTA - Mobilisasi nelayan eks cantrang Pantai Utara Jawa ke perairan Natuna akan dilanjutkan kendati stok ikan di area penangkapan itu turun.
Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja menjelaskan tidak semua jenis ikan di perairan yang masuk wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 711 itu mengalami penurunan potensi sumber daya ikan. Oleh karena itu, pengendalian hanya akan dilakukan dengan mengatur alat tangkap sesuai kondisi stok masing-masing jenis ikan.
"Ikan-ikan itu kan tergantung alat tangkapnya. Makanya kayak bouke ami mungkin sudah enggak boleh lagi ke Natuna karena cumi sudah 'merah' [overeksploitasi]," katanya, Rabu (30/8/2017).
Berdasarkan data Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan (Komnas Kajiskan), stok ikan lestari di WPP 711 (Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut China Selatan) anjlok dari 1,14 juta ton pada 2015 menjadi 767.126 ton pada 2016.
Eksploitasi berlebihan terjadi pada ikan pelagis kecil, ikan karang, kepiting bakau, rajungan, dan cumi-cumi. Sebaliknya, stok ikan pelagis besar, demersal, udang, dan lobster, dinyatakan masih aman.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan stok ikan lestari (maximum sustainable yield/MSY) naik nyaris 100% selama hampir tiga tahun pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Seperti diketahui, stok ikan lestari pada 2011 masih 6,5 juta ton.
"Saya pikir semua negara mengerti dan sadar bahwa stok ikan di dunia ini makin hari makin turun. Bergembiralah kita bahwa dalam pemerintahan Jokowi yang menuju tiga tahun –Oktober ini tiga tahun—stok ikan dari 6,5 juta ton sudah firm dicatat oleh Kajiskan (Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan) 12,54 juta ton," katanya dalam acara buka puasa bersama di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Rabu (31/5).
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia KKP Zulficar Mochar mengatakan kenaikan stok terjadi di 11 wilayah pengelolaan perikanan (WPP). "Ada yang signifikan, ada yang enggak. Tapi, datanya nanti," katanya.