Bisnis.com, JAKARTA - Kegiatan operasi PT Freeport Indonesia (PTFI) sepanjang paruh pertama tahun ini bisa dikatakan penuh tantangan dan tak berjalan mulus. Namun, menilik kinerja keuangan dan operasinya, keadaan ternyata tak seburuk itu.
Kendati mengalami penurunan aktivitas penambangan bijih yang signifikan selama semester I/2017, PTFI masih bisa mempertahankan tingkat produksi emas dan tembaganya.
Berdasarkan laporan operasi kuartal II/2017 dan semester I/2017 Freeport-McMoRan Inc., induk usaha PTFI di Amerika Serikat, produksi bijih per hari hanya sebanyak 105.500 ton. Jumlah tersebut anjlok 32,37% dibandingkan dengan produksi pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 156.000 ton bijih per hari.
Namun, produksi tembaganya hanya turun 5,05% dari 373 juta pon menjadi 354 juta pon. Sementara penjualannya naik tipis sebesar 0,54% dari 370 juta pon menjadi 372 juta pon.
Adapun untuk emas, produksinya justru naik signifikan dari 336.000 ounce menjadi 580.000 ounce atau tumbuh 72,62%. Berbanding lurus dengan hal hal tersebut, penjualan emasnya pun melonjak 74,57% dari 346.000 ounce menjadi 604.000 ounce.
Hasilnya, kinerja keuangan operasi Freeport-McMoRan di Indonesia sepanjang paruh pertama tahun ini boleh dibilang kinclong.
Total pendapatan mencapai US$1,755 miliar atau melonjak 39,84% dari pendapatan pada semester I/2016 senilai US$1,255 miliar.
Alhasil, laba kotor pun turut terdongkrak hingga 228,83% dari US$163 juta menjadi US$536 juta. Pasalnya, di tengah lonjakan pendapatan, beban biaya relatif stabil.
Tingginya produksi emas dan tembaga di tengah menurunnya penambangan bijih memang telah diprediksi sebelumnya.
Akan ditutupnya tambang terbuka Grasberg membuat aktivitas penambangan difokuskan pada bijih dengan kadar tinggi. Adapun untuk penjualan, turut ditopang oleh persediaan konsentrat yang penjualannya sempat terhenti akibat larangan ekspor.
"Kami pernah mengalami masa di mana kami bisa menambang sekitar 200.000 ton bijih per hari. Karena ada mogok kerja, kami tidak bisa mencapai target kami untuk menambang bijih dari tambang terbuka kami," tutur CEO Freeport-McMoRan Richard C. Adkerson.
Adapun masalah ketenagakerjaan di PTFI telah berlangsung sejak pertengahan April dan kian memuncak pada Mei lalu.