Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perbaikan Harga Baja Global Untungkan Pabrikan Lokal

Kenaikan harga baja di pasar global mendorong pabrikan dalam negeri berkompetisi dengan harga yang normal.
Aktivitas di proyek pembangunan Light Rapid Transit (LRT) di Kelapa Gading, Jakarta./JIBI-Abdullah Azzam
Aktivitas di proyek pembangunan Light Rapid Transit (LRT) di Kelapa Gading, Jakarta./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA—Penguatan permintaan baja di China mendorong perbaikan harga di pasar global.

Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (The Indonesian Iron and Steel Association/IISIA) Hidayat Triseputro menyatakan industri dalam negeri mulai dapat menikmati persaingan dengan harga yang normal.

Hanya saja, pemerintah perlu tetap mempertahankan pengetatan pengawasan terhadap produk baja impor. Sebab masih banyak celah masuknya pasokan baja impor pada kode kepabeanan tertentu.

“Proteksi itu sekarang masih hanya ditetapkan pada produk-produk baja hulu. Sementara itu, pada produk hilir sama sekali tidak ada perlindungan. Akibatnya sekarang produk hilir itu dibanjiri baja impor dan harganya pun tidak masuk akal,” ujarnya.

Di samping itu, Hidayat meminta pemerintah untuk terus mengoptimalkan penyerapan produk baja lokal. Seperti misalnya pada proyek-proyek pembangunan yang dibiayai APBN/APBD. “Pada proyek seperti itu TKDN perlu diterapkan untuk meningkatkan pemanfaatan baja domestik.” 

Asosiasi Baja Dunia (World Steel Association/WSA) mencatat produksi baja di dunia mencapai 143,2 juta ton pada Juli 2017. Volume itu melonjak 6,3% yoy dibandingkan dengan Juli 2016. Utilitas pabrikan baja di seluruh dunia mencapai 72,1%, atau lebih tinggi 1,5% dibanding bulan sebelumnya.

Lonjakan produksi baja di dunia masih sejalan dengan kenaikan volume produksi di China. Produksi baja di China tercatat sebanyak 74 juta ton pada Juli 2017, atau naik 10,3%yoy dibandingkan dengan Juli 2016.

Produksi baja year-to-date Januari—Juli 2017 di China mencapai 491,5 juta ton, atau naik 5,1% dibanding periode yang sama pada 2016 sebanyak 467,5 juta ton. Sementara itu, produksi global periode Januari—Juli 2017 sebanyak 977,32 juta ton, atau naik 4,6% periode yang sama pada 2016 sebanyak 933,97 juta ton

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper