Bisnis.com, JAKARTA – Hari ini, Rabu (16/8/2017), sehari menjelang peringatan Kemerdekaan RI Ke-72, PT Dirgantara Indonesia kembali mengingatkan kemampuan Indonesia menciptakan pesawat terbang sendiri.
Berlangsung di landasan pacu Bandara Husein Sastranegara, Jalan Padjadjaran No 154 Bandung, PT DI melakukan flight test pertama pesawat N219 .
Beberapa puluh tahun ke belakang, saat masih bernama PT IPTN alias PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio, PTDI berhasil membuat pesawat terbang hasil kerja sama dengan perusahaan Spanyol CASA. Tahun 1985 lahirlah Tetuko di IPTN.
CN 235 kemudian tumbuh, dari bayi Tetuko menjadi CN 250 Gatutkoco.
Teknologi fly-by-wire membuat pesawat N250 bagai primadona baru kala itu. Pesawat N250 pun sempat banyak dipesan dan ini generasi kedua setelah N235.
Baca Juga
N250 mengandung beberapa arti, N adalah singkatan dari Nusantara, 2 singkatan dari dua mesin, 50 singkatan dari 50 penumpang. Pesawat N250 menggunakan 2 mesin baling-baling atau turbo propeller.
Pesawat kecil sengaja menjadi pilihan karena sebagai negara maritim Indonesia membutuhkan pesawat kecil antar pulau atau antar kota.
Pesawat N250 ini ditujukan untuk transportasi antar pulau atau antar kota. “Supaya pulau-pulau kecil dan kota-kota kecil bisa dilayani pesawat, maka yang dibutuhkan adalah pesawat kecil bermesin baling-baling,” tulis ICMI.or.id, dikutip Rabu (16/8/2017).
Menurut Habibie, tokoh di balik kelahiran N250, pesawat kecil bermesin baling-baling ini hanya memerlukan landasan pendek, tidak seperti yang dibutuhkan pesawat jenis jet yang membutuhkan landasan panjang.
Pesawat N250 terbang perdana pada 10 November 1995, lantas 22 tahun kemudian tepatnya pada hari ini, N219 mulai uji terbang perdana.
Laju pesawat yang bergerak mulus, dan terbang ke angkasa hingga tak bisa ditangkap kamera menjadi harapan baru bagi Indonesia.
Jajaran manajemen PT Dirgantara Indonesia bersama tim produksi dan tim pilot berfoto bersamadi depan purwarupa pesawat pertama N219 karya anak bangsa usai melakukan uji terbang untuk pertama kalinyadi landasan pacu Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, Rabu (16/8)./JIBI-RachmanKe depan, semoga perjalanan PTDI di masa lalu yang sempat tersengal tidak kembali terulang.
Kita tentu masih ingat, pada 10 November 1995, bertepatan dengan terbang perdana N-250, Presiden Soeharto mengumumkan proyek N-2130.
Soeharto mengajak rakyat Indonesia untuk menjadikan proyek N-2130 sebagai proyek nasional.
Presiden Soeharto mengajak rakyat bergotong royong membiayai proyek N-2130 yang diperkirakan menelan dana US$ 2 miliar itu.
Lantas, ditawarkan 2 juta lembar saham dengan harga pecahan 1.000 dollar AS. Tak hanya itu, dibentuk pula PT Dua Satu Tiga Puluh (PT DSTP) untuk melaksanakan proyek besar ini.
Sayang, badai krisis moneter 1997 menerpa Indonesia, PT DSTP Tbk yang telah terdaftar di Bapepam limbung.
Setahun kemudian akibat adanya ketidakstabilan politik dan persyaratan dari IMF yang memberhentikan semua fasilitas dan pendanaan untuk PT IPTN, mayoritas pemegang saham melalui RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) 15 Desember 1998 meminta PT DSTP Tbk untuk melikuidasi diri.
Kini, N219 telah mulus terbang, semoga menjadi pertanda baik kembali bangkitnya industri pesawat terbang Indonesia.