Bisnis.com, JAKARTA - Volume pengiriman ekspres sepanjang semester I tercatat tumbuh 14,7%. Namun, pertumbuhan tersebut tak serta merta membuat tarif pengiriman turun.
Ketua Umum DPP Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspress Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) Mohamad Feriadi mengatakan, walaupun tumbuh double digit, tetapi masih banyak perusahaan yang belum mencapai skala ekonomi.
"Kalau perusahaan yang sudah melewati economic of scale sih enggak ada masalah," katanya kepada Bisnis, Jumat (11/8/2017).
Skala ekonomi tersebut berkaitan dengan surat muatan udara yang dikeluarkan maskapai penerbangan. Kata Feriadi, SMU yang dikeluarkan setiap airlines punya jumlah minimum. Jika jumlah tersebut terlampaui barulah perusahaan pengiriman bisa dikatakan mencapai skala ekonomi.
Sedangkan terkait persaingan harga, asosiasi tidak menetapkan batasan tarif, baik tarif batas atas maupun batas bawah. Menurutnya hal tersebut tidak terlalu efektif.
"Dulu pernah kami terapkan, tapi rasanya tidak efektif jadi dihapus," imbuhnya.
Lebih lanjut, dia optimistis industri pengiriman ekspres akan terus berkembang seiring pertumbuhan e-commerce di Indonesia. Walaupun penetrasi perdagangan online baru 2% dibandingkan bisnis retail secara keseluruhan, tetapi setiap tahun transaksinya meningkat pesat.
Feriadi optimistis bisnis pengiriman ekspres dan logistik secara keseluruhan dapat tumbuh hingga 25% tahun ini.