Bisnis.com, JAKARTA—Laju pertumbuhan industri pada kuartal kedua tahun 2017 bergerak di bawah pertumbuhan ekonomi. Kinerja pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sebesar 3,96%yoy dibanding kuartal kedua tahun lalu. Laju pertumbuhan itu lebih lambat ketimbang kuartal sebelumnya sebesar 4,76% yoy.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berpendapat kinerja pertumbuhan manufaktur bakal membaik pada kuartal berikutnya. Sebab realisasi investasi yang banyak tersalur pada paruh pertama tahun ini bakal berdampak langsung terhadap produktivitas industri.
“Investasi kan dampaknya tidak langsung, butuh waktu sampai betul betul mulai produksi. Kinerja pertumbuhan industri itu juga bergantung sekali kepada demand, termasuk permintaan dari pasar ekspor,” ujarnya usai mengahidiri rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Selasa (8/8).
Meski demikian, pertumbuhan sebagian subsektor industri non migas melaju di atas pertumbuhan ekonomi. Beberapa di antaranya merupakan industri makanan minuman yang tumbuh sebesar 7,19% yoy dan industri kimia farmasi tumbuh sebesar 7,38% yoy.
Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono menyatakan permintaan produk manufaktur berbasis konsumsi cenderung berada di atas laju pertumbuhan ekonomi. “Kebutuhan barang primer pasti ga akan turun permintaannya,” ujarnya.
Menurutnya, permintaan terhadap produk farmasi juga tertolong oleh besarnya realisasi belanja pemerintah untuk program jaminan kesehatan nasional. “Dari situ bisa dipahami mengapa permintaan produk farmasi tetap tinggi.”
Peran sektor manufaktur tercatat sebesar 20,26% terhadap PDB kuartal kedua 2017. Pada kuartal sebelumnya, peran manufaktur terhadap ekonomi nasional mencapai 20,48% terhadap PDB. Bila merujuk kuartal kedua tahun lalu, perannya mencapai 20,66% terhadap PDB.
Deputi BPS Bidang Neraca dan Analisis Statistik Sri Soelistyowati menyatakan pemerintah perlu meningkatkan peran manufaktur terhadap PDB. Sebab dalam beberapa tahun terakhir peran manufaktur terhadap ekonomi nasional relatif stagnan. “Bahkan trennya melandai.”
Pada kuartal kedua lalu, pertumbuhan industri menghadapi sejumlah tekanan. Seperti misalnya penurunan permintaan dari pasar ekspor dan panjangnya libur nasional. “Berapa banyak hari libur itu sangat berengaruh, produksi manufaktur pasti berkurang bila liburnya semakin panjang. Demand ekspor juga melambat, artinya produksi pasti menurun,” ujarnya.