Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Australia Berlimpah Garam, Indonesia Masih Impor. Ini Penjelasan LIPI

Pengamat Perikanan dan Kelautan di Sulawesi Tengah, Fadly Y Tantu menyatakan kebijakan pemerintah saat ini, belum berpihak kepada petani garam serta potensi pengembangan daerah untuk pengembangan produksi garam
Petani memanen garam di Desa Santing, Losarang, Indramayu, Jawa Barat, Senin (31/7)./ANTARA-Dedhez Anggara
Petani memanen garam di Desa Santing, Losarang, Indramayu, Jawa Barat, Senin (31/7)./ANTARA-Dedhez Anggara

Bisnis.com, JAKARTA- Pengamat Perikanan dan Kelautan di Sulawesi Tengah, Fadly Y Tantu menyatakan kebijakan pemerintah saat ini, belum berpihak kepada petani garam serta potensi pengembangan daerah untuk pengembangan produksi garam.

"Seharusnya Sulawesi di bagian tengah ini menjadi daerah-daerah penghasil garam, menjadi pusat pengembangan garam," kata Fadli seperti dikutip Antara, Senin (7/8/2017).

Dosen Universitas Tadulako (Untad) itu menegaskan keuntungan daerah tersebut karena posisinya sangat strategis berada pada pusat garis khatulistiwa, dengan intensitas panas matahari yang cukup tinggi.

"Ini membantu proses penguapan dalam pembuatan garam dari air laut," ujarnya.

Selain itu, kata dia, dengan wilayah yang sangat luas merupakan potensi pengembangan tambak garam saat ini karena didukung oleh daerah teluk yang bisa dijadikan tempat perluasan tambak-tambak garam.

"Tetapi dukungan pemerintah masih sangat kurang. Kebijakan keberpihakan kepada petani garam sangat dibutuhkan," ujarnya.

Menurut dia, pertanyaan yang sederhana yakni apakah pemerintah memiliki rencana strategis untuk pengembangan garam, dengan melihat potensi yang begitu besar tersebut.

Padahal, kata dia, banyak daerah yang bisa dikembangkan seperti di sepanjang garis pantai kabupaten Donggala menuju Kabupaten Tolitoli, Kabupaten Parigi Moutong hingga Kabupaten Banggai.

Fadly mencontohkan di Kota Palu, orang tua dulu telah mengembangkan tambak garam di Teluk Palu, khususnya di sekitar Pantai Talise.Namun upaya itu dinilai tidak pernah dianggap penting. Hal itu terlihat dengan pembangunan rumah toko di depan lokasi tambak garam masyarakat.

Keberadaan informasi bagi petai garam juga dipertanyaan, begitu juga ketersediaan pembinaan dari pemerintah.

"Jadi bisa disimpulkan dukungan pemerintah kepada petani garam masih sangat kurang," kata Fadly.

Terpisah, Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bambang Soesatyo mengatakan lahan menjadi kendala produksi garam di Indonesia.

"Produksi garam memerlukan lahan luas. Di Australia banyak lahan. Kita susah cari lahan, kecuali di luar pulau Jawa," katanya.

Dia berujar sudah banyak kementerian yang meneliti garam. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) juga telah mampu membuat garam farmasi.

Menurut dia, mengolah garam tidak sulit, tinggal menjemurnya. Namun yang menjadi masalah adalah area menjemur. Namun, ia tidak menjabarkan berapa area ideal untuk memproduksi garam.

Apabila mengintervensi teknologi, bergantung pada ketertarikan investor. Selain itu, ia menyebut tidak banyak peneliti yang tertarik meneliti garam.

Bambang mengatakan LIPI menargetkan penelitian garam tepat guna. Diharapkan Indonesia sebagai negara tropis tidak perlu lagi mengimpor garam.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper