Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membuka opsi untuk membatasi ekspor batu bara. Hal ini dilakukan demi menjaga harga emas hitam di tingkat global.
Dia menjelaskan, sepanjang 2024, batu bara yang beredar di pasar global mencapai 2,5 miliar ton. Sementara itu, ekspor batu bara dari Indonesia mencapai 555 juta ton. Menurutnya, dengan angka itu, kontribusi pasokan batu bara RI ke pasar global mencapai 30% hingga 35%. Artinya, Indonesia memiliki peran signifikan.
Kendati demikian, dia menilai harga batu bara RI masih terbilang rendah. Oleh karena itu, Bahlil pun membuka opsi untuk melarang ekspor emas hitam itu.
"Jadi batu bara kita betul-betul berdampak sistemik, masif, dan terstruktur kalau kita membuat kebijakan pengetatan ekspor. Namun sampai saat ini belum. Tapi kalau harga kita ditekan terus, tak menutup kemungkinan kita berpikir lain," ucap Bahlil dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/2/2025).
Berdasarkan data Kementerian ESDM, produksi batu bara nasional sepanjang 2024 mencapai 836 juta ton, melebihi target yang dipatok 710 juta ton. Realisasi produksi batu bara 2024 itu pun lebih besar dibanding 2023 yang sebesar 775 juta ton.
Lebih terperinci, dari total produksi emas hitam pada 2024 itu, untuk ekspor mencapai 555 juta ton, sementara untuk domestic market obligation (DMO) sebesar 233 juta ton, dan tersedia stok sebesar 48 juta ton.
Baca Juga
Eksportir Wajib Jual Pakai HBA
Selain itu, Bahlil juga berencana mewajibkan para eksportir menjual batu bara Indonesia sesuai dengan harga batu bara acuan (HBA) yang dipatok pemerintah. Bahlil pun mengaku pemerintah kini tengah menggodok kebijakan ini yang rencananya akan dituangkan dalam bentuk Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM.
"Saya lagi memerintahkan Dirjen [Minerba] untuk hitung betul HBA kita dibandingkan ICE [ICE Newcastle]. Saya umumkan hari ini, tidak dalam waktu lama lagi, kami akan mempertimbangkan untuk membuat keputusan menteri agar HBA itulah yang dipakai untuk transaksi di pasar global," ujar Bahlil.
Bahlil bahkan mengultimatum tidak akan mengeluarkan izin ekspor jika perusahaan batu bara tak mau mengikuti aturan tersebut.
"Kalau perusahaan tak mau menerapkan, kami punya cara agar mereka ikut. Kalau perlu kita nggak keluarkan izin ekspor. Masa harga batu bara kita dibuat lebih murah, masa harga batu bara kita ditentukan negara tetangga. Jadi negara kita harus berdaulat menentukan harga sendiri," tegas Bahlil.
Berdasarkan catatan Bisnis, HBA pada Januari 2025 mengalami kenaikan untuk sebagian besar jenis kalori. HBA untuk batu bara kalori tinggi dalam kesetaraan nilai kalor 6.322 kcal/kg GAR pada Januari 2025 naik 1,22% menjadi US$124,01 per ton. Pada bulan sebelumnya, harga batu bara kalori ini berada di level US$122,51 per ton.
Selanjutnya, HBA dengan nilai kalor 5.300 kcal/kg GAR dipatok senilai US$83,95 per ton, naik 2,89% dibandingkan bulan lalu seharga US$81,59 per ton.
Tak ketinggalan, HBA batu bara dengan kesetaraan nilai kalor 4.100 kcal/kg GAR juga naik ke level US$52,75 per ton atau menguat 1,87% dibandingkan harga acuan bulan sebelumnya di angka US$51,78 per ton.
Sementara itu, batu bara dengan kesetaraan nilai kalor 3.400 kcal/kg GAR kembali melemah ke level US$34,7 per ton. Harga acuan itu turun 1,64% dari posisi bulan sebelumnya di angka US$35,28 per ton.