Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PIPA GAS GRESIK-SEMARANG: Sumber Pasokan Gas Masih Dicari

Pemerintah masih mencari opsi pasokan gas ke pipa Gresik-Semarang karena hingga saat ini ruas pipa sepanjang 276 km itu belum mendapatkan kepastian soal sumber gasnya.
Petugas memeriksa saluran pipa milik PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. di Jakarta./JIBI-Abdullah Azzam
Petugas memeriksa saluran pipa milik PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. di Jakarta./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah masih mencari opsi pasokan gas ke pipa Gresik-Semarang karena hingga saat ini ruas pipa sepanjang 276 km itu belum mendapatkan kepastian soal sumber gasnya.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, pihaknya masih mengevaluasi beberapa lapangan gas yang kemungkinan bisa memasok ke pipa ruas Gresik-Semarang. Pasalnya, saat ini PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) masih melakukan negosiasi harga jual gas dari Lapangan Jambaran-Tiung Biru, Blok Cepu.

Adapun, ruas pipa transmisi Gresik-Semarang itu akan tersambung sepanjang 276 kilometer (km) melewati Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Saat ini, proyek yang membutuhkan investasi sekitar US$515,7 juta itu. Dia menyebut, proyek pipa itu masih tersisa sekitar 70 km lagi di sisi paling timur.

Proyek pembangunan pipa transmisi berdiameter 28 inci itu memiliki kapasitas penyaluran gas sebnyak 500 juta kaki kubik perhari (MMscfd) dan dilengkapi stasiun kompresor gas. Awalnya, proyek itu ditargetkan bisa mengalirkan gas pada kuartal I/2016.

"Ada [pasokan dari] Tiung Biru, lainnya saya belum pelajari," ujarnya di Jakarta, Rabu (26/7/2017).

Menurutnya, masih ada kemungkinan harga yang ditawarkan PLN bisa terealisasi. Pihaknya pun mengevaluasi biaya pengembangan lapangan yang diharapkan masih bisa diturunkan. Dengan demikian, harga jual gas bisa disesuaikan dengan kemampuan PLN.

Dia berharap, Pertamina dan PLN bisa segera menyepakati harga gasnya karena bila terus mundur, pengembangan gas semakin tak ekonomis. Rencananya, pada 2019 gas perdana dari Jambaran-Tiung Biru bisa mengalir.

"PLN sebagai offtaker [pembeli gas] kan harganya harus pas antara Pertamina dan PLN, ini yang sedang diusahakan," katanya.

Sebelumnya, Direktur Pengadaan PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan bahwa harga gas yang ditawarkan dari Jambaran-Tiung Biru masih telalu mahal bagi PLN, yakni mencapai US$8 MMBtu di mulut sumur (well head). Adapun, untuk sampai ke pembangkit, ada tambahan biaya toll fee [sewa pipa] sekitar US$1 per MMBtu.

Sementara itu, pihaknya menginginkan harga gas US$7 per MMBtu di pembangkit supaya tidak membebani biaya pokok produksi (BPP) listrik. Dengan kata lain, harga gas di mulut sumur harus ditekan hingga US$6 per MMBtu.

"Minta US$8 di well head [mulut sumur] oleh Exxon. Kita minta US$7 di plan gate. Kalau US$7, di sana [mulut sumur] kan US$6. Itu sangat jauh," katanya.

Dia mengungkapkan, pemerintah terus berdiskusi dengan Pertamina sebagai induk perusahaan yang menjadi operator di sana, PT Pertamina EP Cepu (PEPC). Menurutnya, pemerintah pun ingin agar harga gas dari Jambaran-Tiung Biru tersebut di bawah US$8 per MMBtu.

Iwan menuturkan, apabila tidak kunjung terjadi kesepakatan, pihaknya bisa mencari sumber gas lain sebagai alternatif.

"Ada beberapa di Selat Madura, ada LNG juga karena LNG cukup besar. Justru mayoritas akan suplai dari LNG. Kalau Jambaran-Tiung Biru tidak sepakat ada opsi lain," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper