Bisnis.com, MATARAM -- Komoditas mutiara saat ini telah menjadi komoditas unggulan untuk perikanan budidaya. Pasalnya, nilai perdagangan mutiara asal Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir menunjukkan kinerja yang positif.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan rata-rata nilai ekspor komoditas ini sebesar 2,6% dan pada 2016 nilai ekspor mutiara Indonesia mencapai US$15,16 juta yang menjadikan Indonesia masuk dalam produsen utama mutiara yang diperhitungkan.
Menyikapi hal tersebut, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto menyatakan, pihaknya tengah mengupayakan agar daya saing mutiara south sea pearl (SSP) asal Indonesia bisa meningkat di kancah perdagangan dunia.
Upaya tersebut antara lain mencegah ekspor ilegal SSP ke luar negeri, menolak mutiara impor yang tidak sesuai SNI, dan gencar melakukan promosi untuk menaikkan citra SSP asal Indonesia.
Di hulu, KKP akan mengatur zonasi untuk memastikan aktivitas budidaya tidak berbenturan dengan sektor lain, menjamin keamanan berusaha dan iklim investasi yang kondusif, dan melakukan konservasi terhadap ketersediaan stok induk SSP di alam.
“Kita dorong BBPBL Lombok dan BPIUK Karangasem untuk bertanggunjawab dalam menghasilkan induk kerang mutiara berkualitas. Dengan demikian, ke depan tidak lagi andalkan dari tangakapan alam," ujar Slamet di Mataram, Senin (24/7/2017).
Baca Juga
Jepang
Saat ini, Jepang merupakan negara dengan tujuan utama ekspor dengan share sebesar 94% dari total nilai ekspor mutiara Indonesia. Untuk menjamin kualitas produk mutiara, KKP terus mendorong kegiatan pemuliaan induk.
Upaya tersebut, antara lain melalui seleksi benih dengan menfokuskan pemilihan induk dari berbagai multilokasi untuk menghasilkan galur induk yang unggul.
“Yang jelas pemerintah memiliki tanggungjawab untuk menjamin usaha budidaya mutiara ini tetap berkembang. Bersama pemda, kita akan tata pengaturan pemanfaatan zonasi wilayah pesisir dan laut. Dengan demikian aspek keamanan usahanya bisa terjamin," ujar Slamet.
Ahmad Efendi, salah seorang pendeder sepat kerang mutiara di Dusun Gili Genting, Sekotong-Lombok Barat mengakui, bahwa secara ekonomi kegiatan usaha pendederan sepat mutiara menguntungkan.
Dengan masa pemeliharaan selama 12 bulan untuk mencapai ukuran spat 6-8 cm, paling tidak dapat meraup keuntungan bersih Rp9 juta perbulan.
“Kami berharap pemerintah memberikan dukungan program untuk usaha pendederan spat ini, karena prospek usaha yang menjanjikan," ujar Ahmad.