Bisnis.com, JAKARTA—Pabrikan tepung terigu mengkhawatirkan kenaikan harga gandum di negara asal impor yang dapat mempengaruhi ongkos produksi pada semester kedua.
Staf Khusus Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Josafat Siregar mengatakan saat ini tren harga gandum memang naik akibat kekeringan di Australia dan Amerika Serikat.
“Kami mencatat sejak Mei 2015 sampai Mei 2017 kemarin, harga gandum dunia relatif stabil sehingga pasokan kami cukup. Kekeringan terjadi sejak Juni 2017 dan menyebabkan benih gandum tumbuh tidak sempurna,” terang Josafat.
Permintaan terigu tercatat stagnan selama semester pertama tahun ini. Data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia menunjukkan selama periode Januari—Juni 2017, permintaan terigu naik sangat tipis 0,01% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Sepanjang kuartal I/2017, permintaan tepung terigu mencapai 3,023 juta ton atau lebih dari setengah capaian penjualan sepanjang 2016 yang mencapai 5,841 juta ton.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi tepung terigu pada 2016 lalu sebanyak 5,841 juta ton atau naik 7,72% dari tahun sebelumnya. Untuk memproduksi terigu dengan volume tersebut, industri mengimpor hingga 7,769 juta ton gandum sebagai bahan baku.