Bisnis.com, JAKARTA - Terus bergulirnya kasus tumpahan minyak dari lapangan Montara di Laut Timor yang melibatkan PTTEP Australasia (PTTEP-AA) tidak mengganggu rencana investasi perusahaan migas asal Thailand tersebut di Indonesia.
General Affairs Manager PTTEP Malunda Limited dan PTTEP South Mandar Limited Afiat Djajanegara mengatakan secara institusi PTTEP-AA terpisah dengan PTTEP yang beroperasi din Indonesia. Dengan demikian, tanggung jawab kedua perusahaan berbeda.
"Kita berusaha memisahkan hal itu dengan PTTEP di Indonesia. Jadi, kami tidak terganggu dengan rencana investasi kami," katanya saat mengunjungi kantor Bisnis, Selasa (20/6).
Menurutnya, apabila kasus tersebut sampai dikaitkan dengan kegiatan operasi PTTEP di Indonesia, maka akan merugikan investor dan pemerintah sendiri. Padahal, Indonesia tengah menghadapi bayang-bayang penurunan produksi migas dan sangat membutuhkan investasi.
"Kalau sampai mengganggu investasi nanti bisa rugi dua-duanya. Rugi buat orang yang mau investasi, rugi juga buat Indonesia," ujarnya.
Kejadian tumpahan minyak tersebut terjadi pada 2009. Saat itu, terjadi kebocoran pada mulut sumur di lapangan Montara yang mengakibatkan tercemarnya perairan sekitar karena tumpahnya minyak dan gas hidrokarbon.
Adapun PTTEP sudah mulai masuk ke Indonesia pada 2003 sebagai mitra Medco Energi untuk berinvestasi ndi sektor hulu. Namun, baru pada 2010 perusahaan tersebut mendapatkan hak operasi dua blok migas dan tiga blok lainyya sebagai non-operator.
Saat ini, PTTEP sudah melepas sebagian blok migasnya dan fokus pada satu blok tersisa, yakni East Natuna.