Bisnis.com, JAKARTA -- Nippon Paint Indonesia menggenjot kapasitas terpasang menjadi 250 juta kilogram per tahun pada 2017 dengan adanya penambahan lini produksi di pabrik Purwakarta yang diresmikan Mei lalu.
Jon Tan, CEO Decorative Paints, Nippon Paint Indonesia mengatakan peresmian lini produksi baru tersebut diadakan pada Mei dengan mengambil tempat di kawasan pabrik lamanya di Purwakarta.
Penambahan lini produksi ini membuat peningkatan sejumlah 50 juta kilogram per tahun dari segi kapasitas terpasangnya yang tahun lalu mencapai sekitar 200 juta kilogram per tahun.
"Untuk menambah lini produksi di Purwakarta hanya perlu investasi sebesar US$5 juta, dengan dana yang terbilang kecil tersebut sudah cukup bagi kami untuk menambah kapasitas terpasang pabrik," kata Jon ketika diwawancarai Bisnis, Rabu (14/6).
Produsen cat ini mencatat angka produksi nyatanya pada 2017 mencapai 100 juta kilogram per tahun untuk cat dekoratif, sedangkan cat industri mencapai 30-50 juta kilogram per tahun.
"Sampai saat ini utilitas pabrik masih pada sekitaran lebih dari 50%, kami berusaha terus untuk meningkatkannya dengan berbagai investasi di masa yang akan datang," ujar Jon.
Baca Juga
Nippon Paint mengklaim telah memenuhi tingkat komponen dasar nasional (TKDN) yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Saat ini TKDN Nippon Paint telah mencapai 80%, sedangkan sisanya masih impor dari Jepang.
Jon menyatakan bahwa saat ini pabrik di Purwakarta luasnya masih mampu diperluas lahannya jika ada rencana investasi lini produksi baru pada tahun depan.
"Saat ini masih fokus pada perluasan lahan atau menambah lini produksi keempat pabrik tersebut dibandingkan dengan mendirikan pabrik baru di daerah lain," imbuhnya.
Total pabrik yang dimiliki oleh Nippon Paint saat ini berjumlah empat, bertempat di Gresik, Purwakarta, Ancol, dan Medan. Pabrikan di Ancol dikhususkan untuk produksi cat kebutuhan industri, sedangkan ketiga pabrik lainnya lebih dominan ke cat dekoratif.
"Untuk cat dekoratif kualitas premium masih diimpor langsung dari Jepang. Terutama cat untuk kebutuhan industri mobil dan motor masih kebanyakan mengambil bahan baku dari Jepang," ungkapnya.
Jon menambahkan untuk saat ini nilai konsumsi cat di Indonesia dalam bentuk nilai setara dengan US$1 milyar pada 2017. Dalam segi jumlah Dia memperkirakan nilai kebutuhan Indonesia totalnya kurang lebih satu milyar kilogram.
Sementara itu Jon menilai kendala saat ini yang dialami oleh industri cat lebih ke cost production (ongkos produksi) dan upah minumum regional (UMR) yang semakin meningkat.
"Kendala ini mengakibatkan kami menginvestasikan sejumlah dana untuk automisasi teknologi, dengan begitu akan mengefektifkan peran dari mesin untuk lebih efesiens," katanya.
Jon mengaku untuk beberapa tahun sudah menyiapkan investasi lainnya. Namun belum bisa menyampaikannya secara publik. Selain ekpansi lini produksi,
Dia menekankan pentingnya investasi pada bidang research and development (R&D). "Teknologi terus berjalan majua, kami tidak boleh stagnan pada keadaan ini tanpa adanya inovasi yang lebih baik setiap tahunnya," tutup Jon.