Bisnis.com, JAKARTA— Produsen pupuk pelat merah PT Pupuk Indonesia (Persero) meminta kepastian pasokan gas sebesar 250 MMSCFD supaya proyek pembangunan klaster petrokimia di Teluk Bintuni, Papua Barat, dapat segera berjalan.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat menyatakan kepastian pasokan gas merupakan salah satu persoalan yang kerap dipertanyakan mitra investasi, yaitu pabrikan petrokimia asal Jerman Ferrostaal.
“Ferrostaal sudah berkomitmen untuk berinvestasi US$2,8 miliar. Asalkan pasokan dan harga gasnya sudah sesuai,” ujar dia kepada Bisnis, Senin (12/6).
Bila pemerintah dapat menjamin ketersediaan pasokan gas di level itu, perseroan berharap sudah ada kesepakatan soal harga gas yang ditetapkan di awal. “Di Bintuni masih dihitung berapa harga gas yang feasible, ya semoga bisa sekitar US$3—US$4 per mmbtu,” ujar Aas.
Menurutnya, kawasan industri petrokimia itu dapat beroperasi pada 2021 bila tidak ada kendala teknis. Aas menyatakan perusahaan-perusahaan lain juga masih menghitung biaya investasi sebelum berani membangun pabrik. Umumnya, investor menunggu kepastian soal pasokan dan harga gas yang ditetapkan pemerintah.
Kawasan Industri Petrokimia di Bintuni diproyeksikan untuk memproduksi metanol dengan kapasitas produksi 1,8 juta ton per tahun, ethylene 293.000 ton per tahun, propylene 411.000 ton per tahun, polyethylene 254.000 ton per tahun, dan polypropylene 433.000 ton per tahun.
“Di sektor industri ini, harga gas sangat menentukan. Pemakaian gas itu sampai 70% dari keseluruhan biaya produksi