Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kulit Bebas Karantina, Utilitas Pabrik Meningkat

Utilisasi pabrikan alas kaki diyakini meningkat setelah Kementerian Pertanian membebaskan komoditas kulit dari karantina.
Pengunjung memilih sepatu di pameran produk kulit/JIBI
Pengunjung memilih sepatu di pameran produk kulit/JIBI

JAKARTA—Utilisasi pabrikan alas kaki diyakini meningkat setelah Kementerian Pertanian membebaskan komoditas kulit dari karantina.

Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono menyampaikan industri alas kaki nasional masih mengimpor nyaris 70% kebutuhan kulitnya sehingga belanja bahan baku sudah cukup besar.

“Sehingga kalau kulit tidak perlu masuk karantina, bahan baku akan lebih hemat waktu sampai tiga minggu. Selain itu kalau tidak melewati karantina, biaya logistik dan biaya administrasi juga akan lebih rendah,” jelas Sigit, Senin (12/6/2017).

Sigit menyampaikan industri alas kaki nasional kerap terbebani dengan kulit yang harus melewati tahap karantina, dan asal negara impor komoditas itu pun terbatas. Kendati demikian, pemerintah telah memangkas hambatan tersebut.

Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian pekan lalu menerbitkan Keputusan Kepala Badan No. 870/2017 tentang Daftar Barang Larangan dan/atau Pembatasan Karantina Pertanian Atas Ekspor dan Impor yang Dihapus dari Portal INSW.

Dalam beleid tersebut, Badan Karantina mengeluarkan sejumlah jenis kulit dari komoditas yang wajib diperiksa karantina. Tujuannya, mempercepat proses pemasukan bahan baku industri alas kaki Tanah Air yang berorientasi ekspor.

Data Kemenperin mencatat saat ini jumlah industri alas kaki nasional yaitu 396 perusahaan, dengan kapasitas produksi per tahun mencapai 560 juta pasang sepatu. Saat ini, utilisasi pabrikan alas kaki telah mencapai 80% dan ditargetkan dapat menyentuh 85% per akhir tahun ini.

Sebelumnya, penjualan produk alas kaki merosot selama kuartal pertama tahun ini akibat perlemahan daya beli konsumen domestik. Performa pabrikan juga terpukul oleh ekspor global yang hanya tumbuh tipis dibandingkan dengan tahun lalu.

Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko menyampaikan selama kuartal pertama 2017, penjualan domestik turun lebih dari 10% dibandingkan dengan kuartal pertama 2016 (year-on-year/yoy).

“Sepertinya semua bisnis di kuartal I itu agak turun ya. Kalau sepatu, penjualan domestiknya turun sudah lebih dari 10%. Biasanya menjelang lebaran, ada kenaikan permintaan selama 2 bulan penuh, tapi ini sudah lewat April dan pasar belum bergerak,” kata Eddy pada Bisnis, Selasa (2/5).

Eddy menyebutkan belum mengumpulkan data spesifik mengenai perlemahan penjualan sepatu, tetapi penurunan utilisasi pabrikan mulai terasa. Kerja lini produksi di pabrik tidak lagi menyentuh 80% seperti catatan per akhir tahun 2016. Padahal, Kemenpenrin menargetkan utilisasi dapat meningkat ke 85% pada tahun ini.

Adapun, jika dilihat dari siklus tahunan, produksi alas kaki seharusnya meningkat pada 2 bulan sebelum lebaran. Dalam 6 tahun—7 tahun terakhir, penjualan alas kaki naik di kisaran hingga lima kali lipat selama 1 bulan sebelum puasa hingga lebaran.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Editor : Ratna Ariyanti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper