Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah optimistis momentum Ramadan dan Lebaran mengangkat kinerja pertumbuhan industri. Kenaikan konsumsi mayarakat pada periode itu meningkatkan permintaan terhadap produk manufaktur.
“Momentum pertumbuhan industri di kuartal pertama terus kami jaga,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartaro di Jakarta dalam keterangan pers pada Senin (5/6/2017).
Menperin menyatakan sektor industri yang menopang pertumbuhan industri di kuartal kedua merupakan industri makanan dan minuman. Pada kuartal pertama 2017, sektor industri itu tumbuh 8,15%.
Sektor industri lain yang bakal menopang pertumbuhan manufaktur merupakan industri tekstil. Optimisme itu didasarkan pada tren kenaikan permintaan pakaian muslim di periode Ramadan dan Lebaran.
Menurutnya, siklus kenaikan permintaan itu juga tak menyebabkab inflasi pada tingkat yang berlebih. Sebab pabrikan telah mengantisipasi dengan manajemen stok produk dengan baik.
“Konsumen tidak perlu khawatir dalam menyetok kebutuhan pokok selama puasa sampai Lebaran. Pelaku industri sudah mengantisipasi itu,” ujar dia..
Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kemenperin Harjanto menyatakan pabrikan domestik mesti bisa bersaing dengan gempuran produk impor. Pemerintah menargetkan pertumbuhan industri pengolahan berada di kisaran 5,1%-5,4% pada 2017.
Pemerintah membangun sistem informasi ketahanan industri untuk menjadi rujukan pelaku industri dalam memantau data kebijakan nontarif dalam negeri.
Ikatan Sarjana Teknik dan Manajemen Industri mencatat beberapa permasalahan yang masih harus direspons regulator industri domestik. Beberapa di antaranya merupakan harga energi yang perlu didesain lebih kompetitif dan peningkatan kandungan lokal.