Bisnis.com, JAKARTA - Menko Perekonomian Darmin Nasution menyampaikan petani swasembada alias subsisten menjadi petani berorientasi pasar untuk menyejahterakan mereka dan mengerem migrasi penduduk desa ke kota.
Hal itu disampaikannya dalam seminar Menuju Kemandirian Desa Masa Depan di Kantor Kemenko Perekonomian di jakarta pada Jumat (19/5/2017).
Menurut dia, laju migrasi penduduk desa di penjuru Indonesia mencapai 4% per tahun, salah satu yang tertinggi di dunia. Diperkirakan pada 2025, sebesar 65% penduduk desa berpindah ke kota. Angka itu meningkat mencapai 85% pada 2050.
Salah satu penyebab laju migrasi ini adalah rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat desa yang sebagian besar berprofesi sebagai petani subsisten.
Petani yang memilih tetap tinggal di desa tidak memiliki banyak pilihan, baik untuk memilih bibit, pupuk, alat dan mesin pertanian (alsintan), hingga penjualan hasil garapannya sendiri.
Bantuan pertanian yang datang ke desa pun kadang tidak cocok dengan kebutuhan spesifik di daerah mereka.
Sementara itu, di luar musim bercocok tanam, banyak petani subsisten mencari pekerjaan ke kota untuk menambah penghasilan, tetapi tidak jarang setelahnya tidak kembali lagi ke desa.
Bila tidak ditanggulangi, peningkatan migrasi desa ke kota akan membuat desa 'hilang' dan mengganggu ketahanan pangan.
"Dari sini, kita harus mulai bergerak untuk melakukan transformasi pada petani-petani yang awalnya hanya bersifat subsisten menjadi lebih berorientasi pada pasar," kata Darmin.
Menurut dia, untuk melahirkan petani petani yang berorientasi pasar, hal yang penting dilakukan adalah memberikan akses yang lebih luas kepada petani, salah satunya melalui pembangunan desa yang lebih mandiri.
Adapun basis utama desa mandiri adalah membangun infrastruktur pasar yang dapat mendukung peningkatan nilai tambah hasil produksi sektor pertanian.
"Di samping itu, dibutuhkan pula pembangunan fasilitas yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan utama petani di desa," lanjutnya.