Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LAPORAN DARI TOKYO : Ketemu Inpex, Lokasi Darat Blok Masela Segera Ditentukan

Inpex Corp, induk usaha Inpex Masela Limited, operator Blok Masela menjanjikan segera memulai kegiatan kajian awal proyek. Kajian tersebut untuk menentukan kapasitas produksi kilang gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dan volume gas pipa.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan bertemu Toshiaki Kitamura, President and CEO Inpex di Tokyo Jepang, Selasa (16/5/2017)/Istimewa
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan bertemu Toshiaki Kitamura, President and CEO Inpex di Tokyo Jepang, Selasa (16/5/2017)/Istimewa

Bisnis.com, TOKYO --  Inpex Corp, induk usaha Inpex Masela Limited, operator Blok Masela menjanjikan segera memulai kegiatan kajian awal proyek. Kajian tersebut untuk menentukan kapasitas produksi kilang gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dan volume gas pipa.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan pihak Inpex telah memahami keinginan pemerintah untuk segera memulai kegiatan di Masela.

“Minggu depan mulai dibahas,” kata Jonan seusai ketemu manajemen Inpex di Tokyo, Selasa (16/5/3017).

Menteri Jonan didampingi Duta Besar Indonesia untuk Jepang Arifin Tasrif dan Utusan Khusus untuk Jepang Rahmat Gobel, bertemu dengan Toshiaki Kitamura, President and CEO Inpex.

Jonan menyatakan, hal yang harus segera dirundingkan adalah tiga opsi lokasi pengembangan blok Masela, dan kajian pra-pendefinisian proyek (front end engineering design/FEED)

Sejak diubah dari kilang terapung menjadi kilang darat pada akhir Maret 2016, perkembangan proyek Masela belum signifikan. Bahkan, ketika Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berkunjung ke Indonesia  pada Januari 2017, belum ada kesepakatan antara pemerintah Indonesia dengan Inpex.

Selain memproduksi LNG melalui kilang darat, pemerintah meminta Inpex untuk mengalokasikan gas pipa yang akan digunakan industri pengguna gas. Saat ini, ada dua opsi terkait dengan pengembangan blok migas yang 65% sahamnya dikuasai Inpex Corporation dan 35% oleh Shell.

Pertama, kapasitas kilang LNG 7,5 juta ton per tahun (MTPA) dan gas pipa 474 MMscfd. Kedua, kapasitas kilang LNG 9,5 MTPA dan gas pipa 150 MMscfd.

Pemerintah memberikan keleluasaan kepada Inpex untuk mengkaji kedua opsi tersebut.

Jonan menambahkan pasokan gas dari Lapangan Abadi tersebut siap diserap korporasi lokal.

Industri baru membutuhkan gas pipa 150 juta kaki kubik per hari (MMscfd) dari alokasi total 474 MMscfd dari Blok Masela.

Selain PT Pertamina (Persero) yang berminat menyerap 200 MMscfd gas pipa Masela, PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN) juga berminat menjadi pembeli gas tersebut.

Sebelumnya, beberapa perusahaan telah bersedia menyerap gas Masela, yakni PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Kaltim Methanol Industri, PT Elsoro Multi Pratama, dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.

Dengan asumsi harga jual gas memenuhi keekonomian pengembangan pabrik petrokimia yakni sekitar US$4 per MMBtu, volume gas bagi industri diperkirakan menghasilkan 1,8 juta ton metanol.

Sementara itu, gas yang diserap Pertamina diarahkan untuk diolah menjadi dimetil eter (DME) yang diharapkan bisa mengurangi impor liquefied petroleum gas (LPG).

Inpex sendiri telah mengggarap beberapa blok migas di Tanah Air, seperti Blok Mahakam, South Natuna Sea Block B, Blok Sebuku, dan LNG Tangguh.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Fahmi Achmad
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper