Bisnis.com, LOMBOK TIMUR -- Pulau Lombok khususnya di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur memiliki potensi geografis sebagai daerah penghasil bawang putih.
Sayangnya, potensi tersebut tergerus dengan beralihnya komoditas tanam para petani menjadi tanaman agro seperti kentang dan stroberi. Padahal, sebelumnya, kapasitas produksi bawang putih Sembalun bisa sebesar 30 ton per hektarnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Prijono mengatakan, tingkat konsumsi bawang putih masyarakat di Indonesia cukup tinggi, sebesar 400 ribu ton per tahun. Namun sayangnya hal tersebut masih belum diimbangi dengan kapasitas produksi yang mencukupi.
Data produksi bawang putih Nasional pada tahun 2015 tercatat hanya sebesar 20 ribu ton/tahun, atau setara dengan 5% dari total kebutuhan konsumsi. Hal tersebut akhirnya berdampak pada tingginya impor bawang putih untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Dalam jangka panjang, impor bawang putih yang tinggi tersebut berisiko memberikan tekanan kepada nilai tukar rupiah” Ujar Prijono pada saat penanaman perdana klaster bawang putih dengan metode total organik di Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, Minggu (7/5/2017).
Sembalun dinilai berpotensi untuk menjadi sentra produksi bawang putih nasional, mengingat 48% produksi bawang putih nasional disumbang oleh Provinsi NTB.
Baca Juga
Bank Indonesia mendorong bangkitnya kejayaan bawang putih tersebut diwujudkan dengan pelatihan kepada Kelompok Tani Makem untuk pengolahan pupuk, lahan, hingga penanaman bawang putih dengan teknik total organik di lahan demplot seluas 1 ha yang dikerjakan oleh satu kelompok tani yang terdiri dari 20 anggota.
Program ini merupakan rangkaian kerja sama Bank Indonesia, Pemerintah Daerah Lombok Timur, dan juga PT Bank Pembangunan Daerah NTB (Bank NTB).
Pelatihan dengan menggunakan teknik total organik menjadi hal yang penting, karena apabila dilakukan dengan penggunaan pupuk kimia dapat berdampak pada penurunan kualitas tanah.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur, Zaini mengatakan pengembangan pertanian holtikultura khususnya bawang putih di Kabupaten Lombok Timur mengalami beberapa persoalan.
Zaini menyebut, biaya produksi dan biaya transportasi yang mahal menjadikan para petani bawang putih kesulitan untuk berkembang. Pasalnya, dengan kondisi geografis Kecamatan Sembalun juga berpengaruh terhadap kemudahan transportasi angkutan hasil produksi para petani.
"Selain biaya produksi dan transportasi, para petani belum memiliki ruang penyimpanan atau gudang yang memadai ketika panen. Ini menjadi satu persoalan tersendiri karena hasil panennya hanya digantung begitu saja tanpa diberikan perlakuan penyimpanan yang layak," papar Zaini.
Lebih lanjut, Zaini menambahkan, masih tradisionalnya pola pikir petani setempat, membuat penanganan paska panen yang belum optimal.
"Kami berharap intervensi yang diberikan tidak hanya dibudidaya saja, tetapi juga pada sub-sub kegiatan lainnya seperti infrastruktur dan pemasaran," tambahnya.