Bisnis.com, TANGERANG—Pelaku industri bioplastik berharap pemerintah memberikan dua jenis insentif fiskal pendorong produksi. Komponen investasi terbesar bagi produsen bioplastik merupakan biaya pengembangan teknologi.
“Insentif yang kami harapkan tentu keringanan pajak dan insentif untuk research & development. Sebab investasi untuk pengembangan dan penelitian kita tidak sedikit,” ujar Direktur Operasi PT Harapan Interaksi Swadaya Eman Suryana, Senin (8/5).
Menurutnya, secara umum pelaku industri bioplastik mengatur tingkat utilisasi yang lebih rendah ketimbang produsen plastik konvensional. Langkah itu dilakukan untuk menahan biaya produksi. “Kalau misalnya nanti serapan bioplastik jadi mandatory, kami berani menaikkan utilisasi.”
Permintaan produk ramah lingkungan itu juga dirasa masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan plastik konvensional. Sebab harga produk bioplastik lebih tinggi hingga lima kali lipat dari plastik pada umumnya. Pasar lokal di sektor pengemasan lebih menyukai kemasan plastik konvensional untuk menjaga beban biaya tetap rendah. “Pasar lokal yang menyerap itu justru di kantong belanja ritel.”
Dia berharap pemerintah bukan hanya sekedar memperluas pasar domestik, tetapi juga berusaha semaksimal mungkin untuk memperluas pasar ekspor. Saat ini, tujuan ekspor masih terbatas ke Amerika Serikat, Thailand, dan sejumlah negara di Eropa.
PT Harapan Interaksi Swadaya merupakan produsen biodegradable plastik Ecoplas dan Oxium. Perseroan memiliki kapasitas produksi sebesar 600 ton bijih plastik per bulan dengan tingkat utilisasi sebesar 70%. “Ecoplas lebih banyak diserap eskpor. Kalau Oxium lebih banyak untuk memenuhi permintaan dalam negeri.”
Bioplastik Butuh Insentif
Pelaku industri bioplastik berharap pemerintah memberikan dua jenis insentif fiskal pendorong produksi. Komponen investasi terbesar bagi produsen bioplastik merupakan biaya pengembangan teknologi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : N. Nuriman Jayabuana
Editor : Ratna Ariyanti
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
6 jam yang lalu
Bos Eramet Buka-bukaan Soal RI Batasi Pasokan Nikel
11 jam yang lalu