Bisnis.com, TANGERANG—Pemerintah mendorong peningkatan permintaan terhadap produk industri bioplastik. Sektor tersebut didorong berekspansi sebagai antisipasi pengenaan cukai terhadap plastik mulai tahun ini.
“Targetnya industrinya tumbuh dulu, semoga bisa 5%,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai meninjau pabrik perusahaan produsen bioplastik PT Inter Aneka Lestari Kimia dan PT Harapan Interaksi Swadaya, Senin (8/5).
Bioplastik merupakan plastik dengan konten yang mudah terurai alam. Umumnya, bahan baku produk bioplastik berasal dari konsentrat nabati seperti singkong. Konsumsi bioplastik untuk industri di Indonesia masih begitu rendah.
Data Inaplas mencatat kebutuhan plastik nasional selama 2016 tercatat sebanyak 5,2 juta ton. Sementara itu, kapasitas produksi komoditas biodegradable baru menyumbang di bawah 1% permintaan plastik nasional.
Hanya saja, pemerintah juga masih menemui permasalahan untuk mengimbangi permintaan dengan kapasitas produksi industri bioplastik. Sebab biaya pembuatan bioplastik rata rata lebih tinggi 1,5—3 kali dari ongkos produksi plastik konvensional. ”Harganya harus
bisa dibuat bersaing,” ujar Airlangga.
Menurutnya, pelaku industri mesti didorong untuk berani berinvestasi pada sektor terbarukan tersebut. Sebab pelaku industri masih melihat peluang itu sebagai kesempatan yang penuh risiko. “Investasi di sektor industri ini sebenarnya tidak terlalu padat modal. Tapi lebih berisiko kalau barangnya tidak terserap.”
Di samping itu, bioplastik sebaiknya diarahkan agar tidak hanya semata-mata untuk memenuhi permintaan kantong belanja sektor penjualan ritel. “Kalau bisa juga ditingkatkan serapannya bukan semata untuk shopping bag. Tapi juga untuk pengemasan secara keseluruhan.”
Pemerintah berencana menyusun regulasi untuk mengarahkan produk degradable agar dapat terserap oleh pengemasan barang mewah.
Penambahan objek cukai plastik pada tahun ini diharapkan tidak mematikan industri plastik hulu dan hilir domestik. “Cukai jangan ditarik semata untuk mendorong pendapatan negara. Kalau hanya mengejar pendapatan negara dari cukai, industri yang kesulitan, karena profit
margin industri plastik secara umum hanya di bawah 5%.”
Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Maritim Luhut Binsar Pandjaitan menjanjikan penyusunan insentif bagi pelaku industri bioplastik. Pemberian insentif itu berrtujuan supaya volume penggunaan kemasan dan kantong nonplastik semakin meningkat signifikan. “Apa lagi produk biodegradable ini rata-rata produknya 50% local content. Dengan volume pasokan yang lebih besar maka harganya tentu bisa turun, mesti ada insentif yang diberikan kepada industri ini.”