Bisnis.com, WASHINGTON DC - International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia bisa mencapai 10% pada tahun ini, dan lebih besar lagi pada tahun depan.
Luis E. Breuer, Kepala Divisi 2 Departemen Asia dan Pasifik IMF, mengatakan, kinerja kredit perbankan di Indonesia berpotensi membaik seiring dengan penyesuaian ekonomi Indonesia terhadap ekonomi global.
Dia menilai likuiditas dan profitabilitas perbankan Indonesia cukup baik.
“Sama seperti di negara lain, memang ada kerentanan khususnya bank kecil yang likuiditasnya mepet,” ujarnya, Jumat (21/4/2017) waktu setempat.
Menurutnya, perlambatan kredit dalam 2 tahun terakhir dapat dimaklumi karena ekonomi Indonesia terdampak perekonomian global, khususnya harga komoditas yang jauh lebih rendah ketimbang 5-6 tahun lalu.
Dikatakan, rasio non performing loan (NPL) perbankan di Indonesia relatif rendah.
Baca Juga
“Memang naik sedikit dalam 2 tahun terakhir, tetapi masih belum mengkhawatirkan, apalagi permodalan bank mencukupi.”
Kendati demikian, dia menyarankan agar otoritas terkait mengawasi lebih ketat hal tersebut. Adapun kebijakan Bank Indonesia beberapa kali menurunkan suku bunga dinilai sudah tepat.
Apalagi, kata Luis, kebijakan itu dilakukan saat inflasi turun dan kondisi finansial dunia membaik.
“Sejak November 2016 Bank Indonesia juga tidak mengubah suku bunga acuan, kami lihat itu sesuai karena ketidakpastian pasar keuangan internasional tinggi,” katanya.
Agus D.W. Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia, mengatakan sektor keuangan Indonesia sampai 2017 bertahan kuat. Menurutnya, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit pada semester II/2017 bakal lebih tinggi.
“Sekarang ini capital adequacy ratio [perbankan] masih 23%, NPL walau sedikit naik dari akhir 2016, tetapi masih di kisaran 3,1% gross dan 1,4% neto,” ujarnya di sela-sela IMF Spring Meetings 2017 di Washington D.C., AS, Kamis (20/4/2017) waktu setempat.