Bisnis.com, JAKARTA-- Arab Saudi akan mengembangkan 30 proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Angin selama 10 tahun ke depan dengan dana senilai $50 miliar. Pembangunan ini untuk meningkatkan kekuatan listrik dan mengurangi konsumsi minyak.
Eksportir terbesar di dunia minyak mentah akan menghasilkan 10% dari energi terbarukan. Arab Saudi sudah memproduksi sekitar 200 megawatt dari energi baru terbarukan.
Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih mengatakan hal ini juga bertujuan untuk menghasilkan pembangkit nuklir. Negara ini saat ini sedang mencari tawaran untuk membangun 700 megawatt angin dan kapasitas tenaga surya di putaran pertama tender.
“Kami akan membangun 400 megawatt dari tenaga angin dan tambahan 620 megawatt dari pembangkit surya. Arab Saudi akan melelang proyek pembangkit listrik tenaga angin untuk wilayah utara Domat al-Jandal, akhir tahun ini,” katanya dikutip Bloomberg, Selasa (18/4).
Proyek merupakan bagian dari rencana untuk mengubah perekonomian Saudi dengan diversifikasi dari minyak dan menciptakan industri baru. Arab Saudi berencana untuk mengembangkan hampir 10 gigawatt energi terbarukan pada 2023. Proyek ini membutuhkan investasi hingga $ 50 miliar,
Al-Falih mengatakan pada Januari, sumber daya baru akan meningkatkan produksi gas alam dan membantu kerajaan mengurangi penggunaan domestik minyak untuk energi. Karena pemerintah setempat berencana untuk menjual saham di negara produsen minyak mentah lain.
Baca Juga
Saudi Arabian Oil Co yang menghasilkan 6 gigawatt listrik per tahun di negara itu tertarik untuk berpartisipasi dalam pelelangan proyek tersebut.
Abdulaziz Al-Judaimi, Senior Vice President Saudi Arabaian Oil Co mengatakan kapasitas pembangkit akan meningkat menjadi 10 gigawatt tahun depan. Pemerintah berencana memprivatisasi industri tenaga untuk merestrukturisasi perekonomian.
“Pemerintah akan menjual empat unit saham pembangkit dan transmisi Saudi Electric Co. Tidak ada tanggal yang ditetapkan, tapi proses telah bergerak dan kami bekerja pada itu,” katanya.