Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Momentum Pertumbuhan Ekonomi di Depan Mata

International Monetary Fund (IMF) atau The Fund menyatakan perekonomian global saat ini tengah menemukan momentum, sehingga proyeksi pertumbuhan ditetapkan lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Maurice Obstfeld, Economic Counsellor IMF (tengah), Gian Maria Milesii-Ferretti, Deputy Director Research Department IMF (kiri), dan Oya Celsun, Chief of the World Economic Studies Division IMF saat memberikan keterangan pers mengenai World Economic Outlook di Washington D.C., AS, Selasa (18/4/2017)./Bisnis Indonesia-Galih Kurniawan
Maurice Obstfeld, Economic Counsellor IMF (tengah), Gian Maria Milesii-Ferretti, Deputy Director Research Department IMF (kiri), dan Oya Celsun, Chief of the World Economic Studies Division IMF saat memberikan keterangan pers mengenai World Economic Outlook di Washington D.C., AS, Selasa (18/4/2017)./Bisnis Indonesia-Galih Kurniawan

Bisnis.com, WASHINGTON DC - International Monetary Fund (IMF) atau The Fund menyatakan perekonomian global saat ini tengah menemukan momentum, sehingga proyeksi pertumbuhan ditetapkan lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

“Kami memproyeksikan ekonomi global tumbuh 3,5% tahun ini dan 3,6% pada 2018, naik dari 3,1% pada tahun lalu,” ujar Maurice Obstfeld, Economic Counsellor IMF, saat menggelar jumpa pers dalam rangkaian IMF Spring Meetings 2017 yang digelar di Washington DC pada 17-23 April 2017.

Menurutnya, optimisme itu didasari perbaikan perekonomian Eropa dan Asia, serta sejalan dengan perkirakan bakal tingginya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.

The Fund menyatakan akselerasi laju perekonomian pada tahun ini akan terjadi tidak hanya di negara-negara maju, melainkan juga negara berkembang serta negara berpendapatan rendah, khususnya ditopang sektor manufaktur dan perdagangan.

Kendati demikian, sustainabilitas kondisi tersebut masih belum menentu karena terdapat sejumlah tantangan. Langkah Federal Reserve memulai normalisasi moneter berpotensi memacu percepatan perbaikan ekonomi AS dan bisa memicu tekanan terhadap dolar. Apalagi Bank of Japan dan Bank Sentral Eropa kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.

Langkah penyeimbangan yang dilakukan China juga terus belanjut yang terlihat dari turunnya surplus transaksi berjalan dan kenaikan porsi sektor jasa dalam produk domestik bruto.

Kendati demikian, tingginya ketergantungan pertumbuhan ekonomi negara itu terhadap kinerja kredit bisa memicu ketidakstabilan finansial. Persoal itu pun berpotensi memengaruhi negara-negara lainnya.

Sementara itu, IMF mengatakan sejumlah negara masih menghadapi tantangan berat, terutama negara yang mengandalkan ekspor komoditas seperti Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. Bencana kelaparan juga masih mengacam sejumlah negara berpenghasilan rendah.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Galih Kurniawan
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper