Bisnis.com, JAKARTA—Maskapai dengan pelayanan penuh, Garuda Indonesia menyiapkan sekitar 7 juta kursi penumpang untuk penerbangan internasional pada 2017, naik 17% dari kapasitas tahun lalu sekitar 6 juta kursi penumpang.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) M. Arif Wibowo mengatakan tambahan kapasitas kursi tersebut merupakan bagian dari komitmen maskapai guna mendukung target pemerintah dalam menggaet turis asing.
“Kalau target wisatawan mancanegara Kementerian Pariwisata pada tahun ini sebanyak 15 juta turis, maka kami harap bisa menyumbang sebanyak 7 juta turis asing, atau hampir 50%,” katanya di Jakarta, Selasa (11/04).
Arif mengungkapkan tambahan kursi untuk rute penerbangan internasional tersebut nantinya akan dialokasikan pada rute-rute jarak menengah (middle range), seperti dari dan ke China, Jepang, Korea, dan Timur Tengah.
Dia menambahkan China akan menjadi destinasi yang paling diprioritaskan Garuda untuk segera dikembangkan. Rencananya, kapasitas kursi dari dan ke China akan dinaikkan hingga 30% dari kapasitas tahun lalu.
“Rute Beijing-Denpasar dan Shanghai-Denpasar akan kami naikkan kapasitasnya dengan menggunakan pesawat Boeing 777. Selain itu, kami juga mengincar Chengdu agar tidak lagi carter, tetapi dapat dilayani berjadwal,” tuturnya.
Dengan tambahan kapasitas, Garuda menargetkan pangsa pasar penumpang internasional pada 2017 mencapai 26%-28%, dari tahun lalu 26,9%. Selain itu, Garuda juga menargetkan total destinasi internasional 2017 mencapai 22 destinasi.
Insentif
Sejalan dengan itu, Arif juga berharap adanya insentif bagi operator penerbangan dari pemerintah maupun pengelola bandara, khususnya bagi yang melayani penerbangan di 10 destinasi prioritas Kementerian Pariwisata.
“Bagi kami, siapapun [maskapai] yang ikut mendorong pariwisata, perlu dikasih gimmick atau insentif. Misalnya, tiga bulan free charge untuk landing fee atau apapun lah, toh kami juga telah investasi disini,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Angkasa Pura (AP) II Muhammad Awaluddin mengatakan perseroan siap memberikan insentif bagi maskapai yang membuka penerbangan internasional di bandara-bandara yang dikelola.
Menurutnya, pemberian insentif tersebut merupakan bagian dari komitmen AP II untuk menyukseskan target pemerintah dalam mendatangkan 15 juta wisatawan mancanegara pada tahun ini.
“Kami ingin tawarkan ke maskapai. Jika sebelumnya kita pasif, sekarang kami tawarkan dulu. Kami juga buka ruang untuk berdisuksi, apa saja insentif yang ditunggu maskapai itu agar bisa menambah frekuensi terbang,” katanya.
Sekadar informasi, laba bersih Garuda Indonesia pada tahun lalu anjlok 88% menjadi US$9,4 juta atau setara Rp124,5 miliar, dari tahun sebelumnya sebesar US$78 juta akibat imbal hasil yang terus menurun.
Sementara itu, pendapatan Garuda pada 2016 mencapai US$3,86 miliar, naik 1,3% dari tahun sebelumnya sebesar US$3,81 miliar. Adapun, biaya operasional Garuda mencapai US$3,76 juta, atau naik 3,3%.