Bisnis.com, JAKARTA- Harga rumah di Hong Kong mendekati titik tertinggi dan tidak berkesinambungan secara ekonomi.
Hal ini disampaikan oleh Managing Director Unit Peneliti Equitas JP Morgan Chase & Co. Asia Pacific Cusson Leung.
Leung mengatakan kenaikan harga di pasar termahal di dunia ini telah melebihi pertumbuhan produk domestik bruto (GDP) Hong Kong sejak 2009 lalu. Setiap guncangan eksternal diprediksi berpotensi memicu liquiditas yang lebih ketat di sistem perbankan kota ini, dan meningkatkan biaya kredit.
"Saya tidak akan melakukan pembelian," kata Leung yang berharap harga rumah tahun ini tidak akan berubah, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (10/4/2017).
Dia melanjutkan, jika terjadi ledakan properti, para pembeli tidak hanya akan kehilangan uang mereka tetapi juga uang milik orang tua mereka karena kebanyakan pembeli memanfaatkan seluruh aset yang mereka miliki juga rumah milik orang tua mereka sebagai jaminan deposit.
Bangkitnya pasar perumahan menjadi isu yang mengganjal bagi para pemimpin Hong Kong. Setelah sempat terjadi penurunan dalam periode singkat, harga rumah kemudian membentuk level baru dalam beberapa minggu terakhir. Namun, tetap saja, pasar tidak kebal akan risiko yang mungkin terjadi seiring dengan sinyal yang dikeluarkan oleh The Fed terkait kenaikan suku bunga tahun ini.
Prediksi harga properti terbaru juga meningkat. Minggu lalu Cheung Kong Property Holdings Ltd. menawarkan apartemen seluas 40 meter persegi dengan harga terendah sekitar US$1,33 juta.
Berdasarkan situs Domain.com, dengan harga yang sama, pembeli bisa mendapatkan sebuah apartemen dengan dua kamar dan tempat parkir di daerah kumuh pusat kota Sydney.