Bisnis.com, JAKARTA - Sikap tidak mencintai produk bangsa sendiri oleh segelintir orang setara dengan mengingkari anugerah. Kita sama dengan menyia-nyiakan potensi yang mampu membentuk Indonesia menjadi raksasa ekonomi dunia. Menunda-nunda untuk berdiri sejajar dengan negara yang maju. Kita terlalu pongah, underestimate terhadap produk bangsa sendiri.
Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) yang dibiayai APBN Kementerian Perindustrian, kini, seperti hilang ditelan bumi. Program P3DN merupakan upaya pemerintah untuk mendorong masyarakat maupun badan usaha agar lebih menggunakan produk dalam negeri dan memberdayakan industri dalam negeri melalui pengamanan pasar domestik, mengurangi ketergantungan kepada produk impor. dan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.
Padahal, Selasa (16/6/2015) Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan pentingnya penggunaan produk-produk dalam negeri kepada seluruh kementerian/lembaga dan terutama juga BUMN. Lantaran sudah banyak sekali produk-produk yang diproduksi di dalam negeri.
Gerakan Beli Indonesia yang digelar saat Jokowi menjadi Wali Kota Surakarta kini seperti sejarah, jika tidak pantas dikatakan barang usang. Padahal, gerakan itu penting lantaran mengajak masyarakat agar tetap mencintai dan membeli barang-barang produksi sendiri untuk membangkitkan perekonomian Indonesia.
Melalui gerakan itu, Jokowi ingin Indonesia memiliki produk buatan sendiri. "Kita harus tinggalkan penggunaan produk luar negeri," kata Joko Widodo, pada Kongres Kebangkitan Ekonomi Indonesia dan Ekspo Produk Asli Indonesia di Diamond Convertion Center Solo, Rabu (22/6).
Gerakan Beli Indonesia merupakan kegiatan yang bagus untuk membangkitkan masyarakat untuk lebih mencnitai dan menggunakan barang produksi sendiri. Program itu, harus kembali dibangkitkan dan diwujudkan. Lantaran mencintai produk bangsa sendiri, setidaknya, mendorong potensi besar yang dimiliki usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) agar kontribusinya semakin besar.
Baca Juga
Selama ini, UMKM telah memberikan kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PBD) sebesar 57%-60% dan tingkat penyerapan tenaga kerja sekitar 97% dari seluruh tenaga kerja nasional (Profil Bisnis UMKM oleh LPPI dan BI 2015).
Catatan Kadin (Kamar Dagang Indonesia), kontribusi sektor UMKM terhadap produk domestik bruto meningkat 57,84% menjadi 60,34% dalam lima tahun terakhir. Serapan tenaga kerja di sektor ini juga meningkat dari 96,99% menjadi 97,22% pada periode yang sama.
UMKM telah menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia dan ASEAN. Sekitar 88,8%-99,9% bentuk usaha di ASEAN adalah UMKM dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 51,7%-97,2%. UMKM memiliki proporsi 99,99% dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau sebanyak 56,54 juta unit.
"Entrepreneurs dan usaha kecil, mereka bertanggung jawab untuk hampir semua pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat," ujar Ronald Reagan saat menjadi Presiden AS.
K.K. Jalan, Secretary Ministry of Micro, Small and Medium Enterprises India, mengatakan usaha kecil hari ini akan menjadi sebuah perusahaan besar besok dan mungkin akhirnya juga menjadi perusahaan multinasional jika diberi dukungan di bidang keuangan dan pembangunan kapasitas.
Belum lama ini, Bisnis.com, menurunkan berita tentang kekuatan pengusaha Indonesia. Perusahaan nasional, tulis berita itu, kini menjadi investor mayoritas di sektor industri makanan dan minuman.Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) di sektor industri makanan dan minuman melebihi Rp32 triliun pada 2016.
Dana tersebut digelontorkan oleh perusahaan nasional di 1.169 proyek investasi. Realisasi PMDN di sektor industri makanan dan minuman sepanjang tahun lalu melampaui realisasi investasi asing senilai US$2,12 miliar atau Rp28,55 triliun. Agresivitas perusahaan lokal berekspansi mendorong realisasi investasi domestik di sektor pangan terlihat terus menerus membukukan rekor. Nilai realisasi PMDN meningkat signifi kan dari Rp19,6 triliun pada 2014 dan Rp24,53 triliun. Dana yang dikucurkan oleh perusahaan lokal bahkan naik empat kali lipat dibandingkan dengan investasi senilai Rp7,94 triliun pada 2011.
Jadi, kita engga perlu lagi ragu untuk menjadikan Indonesia bangsa yang mencintai produk bangsa sendiri. Seluruh produsen dari produk dalam negeri, termasuk UMKM adalah kekuatan. Jika bukan kita yang memberdayakan mereka dengan mencintai produk mereka, siapa lagi? Dan, kalau tidak sekarang, kapan lagi Si Kecil kita menjadi pemain besar di pentas perdagangan dalam negeri dan dunia? Jangan tunggu lagi. Ayo…Kita bangun Si Kecil.