Bisnis.com, JAKARTA – Untuk dapat menarik investasi hingga ke kawasan Timur Indonesia, pemerintah dinilai harus menggenjot pembangunan infrastruktur dasar. Tanpa infrastruktur yang memadai, Pulau Jawa dipastikan masih dominan menopang pertumbuhan ekonomi nasional.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Pulau Jawa masih mendominasi kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dengan capaian sebesar 58,91%. Porsi sumbangan Pulau Jawa meningkat dari kontribusi pada 2015 yang sebesar 58,29%.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Rosan P Roeslani mengatakan untuk mendorong pertumbuhan industri di wilayah Timur, investor akan mempertimbangkan ketersediaan infrastruktur dasar sebagai kunci seperti pelabuhan, jalan, listrik, dan koneksi internet.
“Budget pemerintah terus turun, penerimaan pajak kita ditargetkan naik tapi realisasinya rendah. Untuk menghindari Jawasentris, pertumbuhan ke Timur harus merata sehingga biaya logistik jadi lebih realistis,” kata Rosan di Jakarta, Rabu (15/3).
Dia mengatakan defisit infrastruktur di Papua misalnya, menyebabkan biaya loading factor [faktor muat penumpang] kapal yang membawa barang dari Jawa ke Papua mencapai 91%, namun hanya 10% saat membawa barang kembali dari Papua ke Jawa.
“Jadi kurang lebih loading factor-nya hanya 40%. Ini cost yang memakan biaya tinggi yang harus ada jalan keluarnya, yaitu pertumbuhan merata,” papar Rosan.
Untuk dapat mengerek investasi ke wilayah Timur, Rosan menilai pemerintah harus proaktif memberikan insentif pada investor termasuk dalam hal perpajakan, tax allowance, dan sejumlah skema insentif fiskal yang dimiliki pemerintah.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan sepanjang Januari-Desember 2016, Pulau Jawa menyerap investasi sebesar Rp328,7 triliun, lebih tinggi dari investasi yang masuk ke seluruh daerah selain Jawa yang tercatat sebesar Rp284,1 triliun.