Bisnis.com, BANDUNG—Kementerian Perhubungan meminta Pemerintah Provinsi Jawa Barat menggelar kajian terkait rencana pengembangan bandara Citarate di kawasan Sukabumi Selatan.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan pihaknya tahun ini tidak menganggarkan anggaran untuk pembenahan Bandara Citarate. Ini terjadi karena Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta pihaknya terlebih dahulu melakukan kajian. “Pak Menhub masih menanyakan, manfaat bandara itu untuk umum apa,” katanya pada Bisnis di Bandung, Selasa (7/3/2017).
Meski Citarate sudah memiliki status sebagai bandara perintis, kajian masih dibutuhkan. Rencananya dalam kajian tersebut pihaknya akan menyampaikan potensi penerbangan karena adanya Unesco Global Geopark (UGG) Ciletuh. “Citarate harus bisa digunakan untuk umum. Pemakai bandara kan para pengunjung UGG, ini yang akan kami sampaikan dalam kajian,” tuturnya.
Heryawan mengaku kajian pengembangan Citarate yang pernah disusun pihaknya sudah sangat lama. Kenyataan di lapangan, ada perkembangan terkait rencana UGG Ciletuh hingga Palabuhanratu, Sukabumi, maka perlu diperbaharui. “Kajian detil belum ada, baru kajian lama yang harus disesuaikan dengan kondisi kekinian,” ujarnya.
Menhub sendiri memberi kemungkinan pengembangan bandara di Sukabumi bisa digeser tak hanya di Citarate. Menurutnya jika kajian bisa menjembatani lokasi baru dengan kepentingan umum dan keberadaan UGG Ciletuh, bisa saja Citarate disisihkan. “Saya sudah minta Dinas Perhubungan mengkaji dan menjawab pertanyaan dari Pak Menteri itu, soal kemanfaatan,” paparnya.
Dalam kajian awal pengembangan Citarate sendiri, Pemprov Jabar mencatat bahwa pembangunan bandara tersebut diharapkan memuluskan niat Geopark Ciletuh untuk masuk ke dalam jaringan Unesco Global Geopark."Bandara Citarate ini akan menjadi gerbang masuk ke Geopark Ciletuh ya," pungkasnya.
Kepala Dinas Perhubungan Jabar Dedi Taufik mengaku pihaknya sudah melakukan studi kelayakan Citarate pada 2005 lalu. Dalam dokumen lama tersebut rencananya, panjang landasan bandara sekitar 1,9 km dan lebar 30-60 meter. “Biaya yang dibutuhkan untuk membangun bandara ini diperkirakan mencapai Rp 1,5 triliun, belum termasuk pembebasan lahannya,” cetusnya.
Pengembangan ini dinilai mendesak karena akses daerah selatan ini cukup sulit, padahal jarak tempuh menuju selatan ini hanya sekitar 425 kilometer namun jarak itu tidak mungkin ditempuh dengan jalan darat dari Jakarta atau Bandung. “Memakan waktu yang lama. Oleh karena itu kita sediakan bandara agar pariwisata di Jabar Selatan bisa diakses dengan pesawat terbang,” katanya.
Menurutnya pengembangan penerbangan ke arah selatan memang harus dikaji ulang meski dari segi tata ruang Citarate sudah sangat layak. Dishub Jabar sendiri akan terus berkoordinasi dengan Kementerian agar rencana ini bisa terealiasi. “Tinggal koordinasi, yang penting dalam kajian itu juga adalah soal keselamatan penerbangannya,” ujarnya.
Asisten Daerah Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Jabar Denny Juanda menambahkan pengembangan bandara kecil di wilayah Jabar Selatan memang agak tersenda karena pihaknya terus fokus pada pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka."Ya kalau dikembangkan itu minimal bisa sekelas bandara Husein idealnya,” tuturnya.
Menurutnya bandara tersebut perlu dikembangkan untuk menopang pariwisata Jabar di wilayah Sukabumi. Terlebih satu destinasi wisata di sana yakni geopark Ciletuh akan dijadikan obyek wisata mendunia.
"Syarat kalau standar dunia itu sixty minute distance jadi jarak itu bukan kilometer, tetapi waktu. Kalau dicapai paling jauh itu 160 menit dari bandara. Kan kalau mau standar dunia harus begitu,” katanya.