Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) terus mendorong pelaku UKM untuk menyasar pasar ekspor, salah satunya melalui pendampingan dan kemitraan.
Berdasarkan data Kemenkop UKM, jumlah UKM yang berorientasi ekspor hanya sekitar 5.000 dari total jumlah UKM yang mencapai 57 juta pada 2015.
Nilai ekspornya juga tercatat kecil yakni US$23 miliar dari total ekspor nonmigas senilai US$145,5 miliar pada periode yang sama.
“Harus diakui bahwa kontribusi UKM dalam pasar ekspor masih kecil. Banyak syarat-syarat yang harus dipenuhi, mulai dari standarisasi produk hingga legalitas usaha. Ini tidak mudah dipenuhi bagi pelaku UKM karena membutuhkan usaha dan biaya yang tidak sedikit,” kata Deputi Restrukturisasi Usaha Kecil dan Menengah Kemenkop UKM Yuana Setyowati di Jakarta, Kamis (23/2).
Menurutnya, pemerintah cukup memberikan perhatian cukup besar terhadap keberlangsungan pelaku UKM antara lain dengan kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR), pengurusan izin usaha mikro, dan kecil (IUMK), pembiayaan UKM melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB), dan pendampingan UKM.
Hingga saat ini, dirinya mencatat jumlah tenaga pendamping UKM yang tersebar di seluruh Indonesia mencapai 3.780 orang. Para pendamping ini ditempatkan dengan berbagai program misalnya pada pendampingan KUR atau pendampingan di Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT).
“Mereka bisa diarahkan untuk menggarap sektor-sektor ekspor unggulan Indonesia misalnya furniture, fesyen, agribisnis, handicraft, dan spa. Tantangannya, produk unggulan ini juga masih mengalami kesulitan dalam hal akses pembiayaannya,” jelasnya.
Mengutip data Kementerian Koordinator Perekonomian, kontribusi sektor perdagangan besar dan eceran masih mendominasi yakni 66,29%, diikuti oleh pertanian, perburuan, dan kehutanan 17,36%, jasa 11,03%, industri pengolahan 4,10%, dan perikanan 1,22% per Desember 2016.