Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KABAR GLOBAL: Isu Suku Bunga Kalah Pamor, Netanyahu Tagih Janji Trump

Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Janet Yellen diperkirakan lebih banyak membahas mengenai rencana reformasi aturan perbankan Presiden Donald Trump, dibandingkan dengan isu kenaikan suku bunga saat bertemu Kongres AS pada akhir pekan ini.
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan PM Israel Benjamin Netanyahu (kanan)./Reuters
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan PM Israel Benjamin Netanyahu (kanan)./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA- Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Janet Yellen diperkirakan lebih banyak membahas mengenai rencana reformasi aturan perbankan Presiden Donald Trump, dibandingkan dengan isu kenaikan suku bunga saat bertemu Kongres AS pada akhir pekan ini.

PM Israel Tagih Janji Trump. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu akan melawat ke Gedung Putih pada Rabu (15/2). Tujuan kedatangannya dilaporkan untuk menagih janji-janji kampanye Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang suportif terhadap negara Yahudi tersebut. (Investor Daily)

Ekonomi Jepang. Menguatnya ekspor Jepang pada kuartal IV 2016 tak lantas menyebabkan ekonomi Jepang dalam kondisi stabil. Sejumlah analis menilai, ekonomi Jepang masih rawan terkoreksi karena kebijakan Presiden AS Donald Trump yang sewaktu-waktu dapat merugikan Jepang. (Kontan)

Kebijakan Imigrasi Baru. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diperkirakan segera mengeluarkan langkahlangkah terkait kebijakan imigrasi, paling cepat pada Senin (13/2) waktu setempat. Langkah-langkah kali ini bertujuan untuk menjaga keamanan warga AS.  (Investor Daily)

Pemulihan Zona Euro. Uni Eropa (UE) pada Senin (13/2) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi zona euro sampai 2018. Pemulihan ekonomi blok 19 negara tersebut tak terhambat oleh tantangan-tantangan berat, utamanya risiko Brexit dan ketidakpastian terkait pemerintahan Presiden Donald Trump di Amerika Serikat (AS). (Investor Daily)

Produksi Baja China. Tiongkok meningkatkan kapasitas produksi baja tahun lalu hingga volumenya dua kali lipat lebih dari total produksi tahunan Inggris. Hal ini dilaporkan konsultan baja Custeel dan Greenpeace Asia Tenggara pada Senin (13/2). Fakta tersebut bertentangan dengan komitmen yang selalu didengung-dengungkan Negeri Tirai Bambu tersebut untuk memangkas kelebihan kapasitas di sektor baja. (Investor Daily)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper