Bisnis.com, JAKARTA—Pencurian dengan cara merusak fasilitas pipa penyaluran minyak dari mulut sumur ke titik serah menyumbang terhadap volume tumpahan minyak.
Dari kegiatan usaha hulu minyak, data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat volume tumpahan minyak tertinggi terjadi pada 2013 yakni dengan 3.025,6 barel, turun menjadi 1.113,8 barel di 2014, 266,4 barel di 2015 dan naik menjadi 787,2 barel di 2016.
Bila dilihat dari masing-masing kontraktor kontrak kerja sama (KKKS), operasi PT Medco E&P Indonesia menyumbang kontribusi terbesar dengan volume minyak tumpah 672 barel, PT Chevron Pacific Indonesia sebanyak 38,06 barel, PT Pertamina EP Tarakan 18 barel, VICO 17 barel dan ConocoPhillips 11 barel.
Senior Manager Relations, PT. Medco E&P Indonesia, Teguh Imanto mengatakan tumpahan minyak berada di darat. Adapun, 91% volume tumpahan minyak disebabkan oknum tak bertanggung jawab yang merusak pipa dan menyebabkan kebocoran.
Akibat kebocoran tersebut, pihaknya telah melakukan pembersihan di lokasi tumpahan minyak agar tak menimbulkan dampak lebih luas. Sebagai upaya pencegahan, pihaknya bekerja sama dengan Kepolisian, Tentara Nasional Indonesia (TNI) serta memberdayakan masyarakat lokal.
“Tumpahan minyak Medco E&P Indonesia sebesar 91% disebabkan oleh tindakan sabotase dan pencurian minyak (penggesekan pipa) dari oknum yang tidak bertanggung jawab,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Rabu (25/1/2017).
Sementara, Kepala Juru Bicara SKK Migas Taslim Z Yunus mengatakan untuk menekan angka tumpahan minyak, pihaknya mengimbau agar pemeliharaan fasilitas produksi dilakukan secara rutin dan didukung dengan personel terlatih untuk membersihkan tumpahan minyak.
"Pemeliharaan fasilitas produksi migas yang didukung oleh personil terlatih dalam operasi oil spill response dan berkoordinasi dengan aparat keamanan,” katanya.