Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GP Farmasi: Tunggakan Obat JKN Capai Rp2,2 Triliun

Tunggakan pembayaran obat Jaminan Kesehatan Nasional diprediksi tembus Rp2,2 triliun atau sepertiga dari total transaksi e-katalog obat pada 2016.
Obat-obatan/boldsky.com
Obat-obatan/boldsky.com

Bisnis.com, JAKARTA – Tunggakan pembayaran obat Jaminan Kesehatan Nasional diprediksi tembus Rp2,2 triliun atau sepertiga dari total transaksi e-katalog obat pada 2016.

Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Farmasi (GP Farmasi) Darojatun Sanusi mengatakan berdasarkan data yang dikumpulkan asosiasi, tunggakan obat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diprediksi telah mencapai Rp2,2 triliun atau sepertiga dari total transaksi obat e-katalog 2016 yang berasal dari sekitar 10 distributor.

Dengan adanya piutang tersebut, lanjutnya, dapat menyebabkan kekosongan obat terutama di daerah. Hal tersebut terjadi karena setelah 15 hari  barang diterima maka pembayaran harus segera dilakukan.

“Piutang bisa sampai Rp2,1 triliun - Rp2,2 triliun. Sampai 45 hari belum ada pembayaran, maka sistem distributor akan terkunci sehingga tidak bisa melakukan pengiriman,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (24/1).

Di samping itu, dia berharap e-katalog obat bisa lebih mengutamakan produk yang sudah bisa diproduksi dalam negeri sehingga produk impor bisa ditekan.

“Misal paracetamol besar unitnya, tapi nilai rupiahnya tidak terlalu besar. Itu yang banyak menghabiskan anggaran karena memang belum diproduksi dalam negeri. Harapannya yang sudah bisa diproduksi dalam negeri bisa digunakan untuk kebutuhan e-katalog,” ujarnya.

Transaksi obat lewat e-katalog pemerintah naik hampir 100% pada 2016 yang mencapai Rp6 triliun dibanding tahun sebelumnya. Hal itu didukung peningkatan akurasi rencana kebutuhan obat (RKO).

Direktur Pengembangan Sistem Katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Emin Adhy Muhaemin mengatakan transaksi pengadaan obat melalui katalog LKPP mencapai R3,3 triliun pada 2015.

Menurutnya, satuan kerja pemerintah katalog obat semakin tertib dalam melakukan pengadaan obat sehingga transaksi e-katalog naik. Hal itu mengartikan RKO yang diajukan juga semakin akurat.

“Pemesanan atau pembelian dilakukan lebih awal dan pengiriman obat dari industri farmasi dilakukan secara bertahap. Jika pemesanan dilakukan di awal tahun maka industri farmasi dapat mempersiapkan bahan baku dan jadwal produksi,” katanya.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro