Bisnis.com, BANDUNG -- Guna menekan belanja anggaran, Wakil Presiden Jusuf Kalla menginginkan teknologi Corrugated Mortabusa Pusjatan (CMP) dapat diterapkan dalam pembangunan jalan layang dalam mendukung integrasi pembangunan kereta semi cepat Jakarta-Surabaya.
CMP merupakan pengembangan teknologi timbunan ringan mortar busa dengan struktur bergelombang, yang dikembangkan oleh Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Pemerintah berencana merevitalisasi jalur kereta Jakarta-Surabaya, untuk dinaikkan kecepatannya menjadi semi cepat. Dalam rencana itu, perlintasan sebidang menjadi salah satu hambatan dalam pembangunan proyek.
Sejauh ini, Wapres mengatakan sedikitnya harus dibangun 1.000 jalan layang dalam rangka mendorong revitalisasi kereta tersebut. Dengan teknologi konvensional, satu jalan layang ditaksir menghabiskan anggaran Rp100 miliar-Rp120 miliar.
Namun, teknologi CMP yang diterapkan pertama kali pada proyek Overpass Antapani, Bandung terbukti dapat mengefisiensikan anggaran hingga tiga kali lipat dan mempercepat waktu pengerjaan menjadi setengah dari waktu normal pengerjaan.
Anggaran yang digelontorkan dalam pembangunan Overpass Antapani sepanjang 600 meter tersebut hanya Rp35 miliar dengan masa pengerjaan selama 6 bulan.
"Biaya dengan teknologi ini lebih efisien 30% dari fly over konvensional. Jadi semua nanti yang kita butuhkan bisa dengan teknologi ini, karena anggaran kita terbatas namun harus membangun lebih banyak," katanya usai peresmian dan peninjauan Overpass Antapani, Selasa (24/1/2017).
JK mengatakan dengan pembangunan fly over di sepanjang jalur kereta Jakarta -Surabaya , dapat memaksimalkan kecepatan kereta yang selama ini terhalang persoalan perlintasan sebidang.
"Kalau ini berhasil berarti 1000 bisa dibikin di kereta api aja. Agar kereta api itu kecepatannya bisa 150 km/jam," ujarnya.
Pembangunan jembatan layang Antapani merupakan proyek kerja sama antara Pusjatan Kementerian PUPR, Pemerintah Kota Bandung, dan Posco Krakatau Steel Korea.
Dari pembiayaan Rp 35 miliar yang telah dikucurkan, komposisinya Rp 22 miliar berasal dari PUPR, Rp 10 miliar dari Pemerintah Kota Bandung, Rp3miliar dari pemerintah Korea dalam bentuk komponen material.
Saat ini, pemerintah tengah menyepakati untuk melakukan studi bersama dengan Jepang untuk proyek Kereta Jakarta-Surabaya. Dengan teknologi baru, perkiraan awal proyek diestimasi mencapai US$7,8miliar atau sekitar Rp102 triliun.