Bisnis.com, JAKARTA -- Di tengah optimisme pemerintah menargetkan produksi garam rakyat 2017 sebanyak 3,2 juta ton, petambak mematok hanya 1,9 juta ton. Itu pun jika cuaca tahun ini lebih bersahabat dari tahun lalu.
Menurut Ketua Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI) Jakfar Sodikin, produksi tahun ini bisa mengulang realisasi 2015 dengan kenaikan 10% jika cuaca normal alias curah hujan berkurang memasuki semester II. APGRI mencatat produksi garam rakyat dua tahun lalu 1,7 juta ton.
"Data kami dengan pemerintah memang sering berbeda. Tapi, menurut hitung-hitungan kami, maksimal (naik) 10% dari 2015 kalau tidak ada faktor lain, misalnya tambak terendam setengah tahun seperti kejadian 2016," katanya, Senin (16/1/2017).
Estimasi APGRI itu didasarkan pada produktivitas setiap hektare 80 ton. Namun, jika teknologi geomembran program pemerintah berjalan dan manajemen air berlangsung baik, maka produktivitas dapat terkerek menjadi 100 ton per ha.
Di sisi lain, pemerintah memasang target produksi garam rakyat 3,2 juta ton tahun ini meskipun realisasi produksi tahun lalu hanya 144.009 ton. Saat dimintai keterangan, Dirjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Brahmantya Satyamurti Poerwadi berujar target tahun ini sesungguhnya sudah lebih rendah dari tahun lalu yang dipatok 3,6 juta ton.
"Tapi, pemerintah memang harus tinggi dalam menetapkan target," katanya.
Brahmantya menuturkan target produksi tahun ini dipasang setelah pemerintah melakukan audit kembali lahan tambak garam rakyat. Dari hasil pemeriksaan itu, tambak garam yang tadinya dilaporkan 29.000 ha, kini menjadi 24.000 ha.
"Tahun 2016 memang ada yang berubah dari tambak garam menjadi tambak yang lain," jelasnya.
Pemerintah tahun ini akan mengembangkan pusat usaha garam rakyat (Pugar) di 15 kota setelah tahun lalu melaksanakannya di 14 kota dengan membangun 10.385 m jalan produksi dan menyalurkan 489.040,9 m2 geomembran.
KKP juga akan membangun enam lagi gudang garam berkapasitas masing-masing 2.000 ton dengan anggaran Rp1,8 miliar-Rp2 miliar per gudang. Gudang untuk mendukung program resi gudang itu akan dibangun di Rembang, Brebes, Sampang, Demak, Tuban, dan Kupang. Tahun lalu, KKP juga membangun enam gudang di Indramayu, Pati, Pamekasan, Cirebon, Pangkep, dan Bima. Petambak dapat menyimpan hasil produksinya di gudang itu dan faktur resi nantinya dapat berfungsi sebagai jaminan untuk mengajukan kredit perbankan.
KKP mencatat kemerosotan produksi garam tahun lalu terjadi akibat anomali cuaca yang disebabkan oleh La Nina dengan curah hujan tinggi yang mencapai lebih dari 150 mm per bulan, bahkan 300 mm per bulan di beberapa tempat.