Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahun Ini, Gairah Pasar Semen Diprediksi Naik 5%

Pasar semen dalam negeri pada 2017 diprediksi bakal kembali bergairah dengan proyeksi kenaikan 4%-5% dibandingkan capaian 2016 yang sempat stagnan akibat pelemahan ekonomi.
Ilustrasi pasokan semen
Ilustrasi pasokan semen

Bisnis.com, SURABAYA - Pasar semen dalam negeri pada 2017 diprediksi bakal kembali bergairah dengan proyeksi kenaikan 4%-5% dibandingkan capaian 2016 yang sempat stagnan akibat pelemahan ekonomi.

Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso mengatakan prediksi tersebut didasarkan pada adanya sejumlah program pemerintah baik infrastruktur maupun program kebijakan tax amnesty atau pengampunan pajak.

"Sejumlah proyek pemerintah dari anggaran pendapatan belanja serta proyek-proyek swasta juga bisa diandalkan untuk menggenjot konsumsi semen tahun ini," katanya dalam Fotum Diskusi Jurnalis Surabaya bertema Kepedulian terhadap BUMN Semen dari Serbuan Asing, Jumat (13/1/2017).

Adapun ASI mencatat penjualan semen dalam negeri pada 2016 mencapai 62 juta ton, sebanyak 40 juta ton di antaranya merupakan konsumsi untuk sektor properti di mana terdapat proyek sejuta rumah dari pemerintah.

Penjualan tersebut turun dibandingkan 2015, di mana penurunan permintaan terjadi di wilayah Jawa sebesar 2%, dan 12,3% di wilayah Kalimantan.

"Kecuali di Sumatra, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku sampai Papua permintaannya lebih baik dibanding Jawa karena di sana banyak proyek yang jalan seperti bendunga, smelter dan power plant," imbuhnya.

Widodo menambahkan, produksi semen dalam negeri tergolong oversupply yakni mencapai 102 juta ton, padahal penyerapannya hanya 62 juta ton. Pengusaha semen berharap pemerintah peduli dengan membuat kebijakan strategis guna mengatasi kelebihan pasokan semen dalam negeri dan terjadi penyerapan produksi semen yang signifikan.

Meski kelebihan pasokan, tambah Widodo, Indonesia masih merupakan kosumen semen terbesar dibandingkan negara-negara lain di Asia, seperti Vietnam yang konsumsinya mencapai 55,7 juta ton, Korea Selatan 49,6 juta ton, disusul Jepang 43 juta ton, Thailand 29 juta ton dan Malaysia 23,3 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper