Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ibu Negara Diminta Bantu Edukasi Gejolak Harga Cabai

Guru Besar Agribisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) Muhammad Firdaus mendorong peran Ibu Negara untuk membantu mengedukasi masyarakat terkait gejolak harga kebutuhan pokok saat ini.

Bisnis.com, BOGOR- Guru Besar Agribisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) Muhammad Firdaus mendorong peran Ibu Negara untuk membantu mengedukasi masyarakat terkait gejolak harga kebutuhan pokok saat ini.

"Masyarakat terutama ibu-ibu perlu diberikan edukasi, dan ada baiknya Ibu Negara turun tangan bagaimana seharusnya masyarakat menyikapi kenaikan harga bahan pokok terutama cabai rawit," paparnya di kampus IPB Baranang Siang Bogor, Jumat (13/1/2017).

Menurutnya, masyarakat dalam hal ini konsumen perlu memahami bahwa ketika harga cabai tinggi jangan memaksakan untuk membeli tetapi diusahakan menanam sendiri di pekarangan rumah.

Menurutnya, cabai rawit memang menjadi komoditas yang banyak disukai sebagian masyarakat untuk melengkapi santapan makanan ringan dan berat.

Namun, ketika harganya naik akibat kekurangan supply, masyarakat diharapkan tidak memaksakan untuk tetap membeli cabai rawit tersebut.

"Saat ini sudah banyak substitusi dari cabai mulai dari sambal siap santap, cabai kering dan olahan lainnya untuk melengkapi hidangan, jadi bisa dikurangi konsumsi cabai ketika stok berkurang atau harga mahal," paparnya.

Dia memberi contoh, pemerintah telah mengeluarkan program tanam sejuta pohon cabai di pekarangan rumah untuk menekan ketergantungan konsumsi cabai.

Program tersebut, kata dia harus lebih komprehensif digerakan kepada masyarakat agar ketertarikan menanam cabai di pekarangan rumah atau pun di pot bisa lebih agresif.

"Program jangan setengah-setengah diberikan kepada masyarakat, kalau mau kasih secara komplit mulai dari bibit hingga pupuknya sehingga masyarakat bisa panen sendiri," paparnya.

Dia menambahkan tren kenaikan harga cabai tersebut jangan sampai menjadikan pemerintah impor cabai karena dinilai tidak etis dan berpotensi mengganggu pertanian komoditas tersebut.
 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Miftahul Khoer
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper