Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akademisi IPB: Sampai 2019 Indonesia Masih Impor Gula Konsumsi

Indonesia diprediksi masih akan mengimpor gula konsums hingga 2019.
Ilustrasi: Alat khusus pengangkat mengatur tumpukan karung berisi gula di salah satu pabrik di Makassar, Sulawesi Selatan/Bisnis-Paulus Tandi Bone
Ilustrasi: Alat khusus pengangkat mengatur tumpukan karung berisi gula di salah satu pabrik di Makassar, Sulawesi Selatan/Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia diprediksi masih mengimpor gula konsums hingga 2019. Pasalnya, pabrik-pabrik gula milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) mulai direvitalisasi dan memerlukan 2 tahun untuk kembali beroperasi.

Selain itu, sejumlah pemain swasta gula konsumsi baru akan mulai menggiling pada tahun ini dan tahun depan. Beberapa pabrik memang sudah mulai menggiling sejak tahun lalu, namun utilisasinya masih 50% karena masih penjajakan perluasan kebun.

Pengamat pergulaan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Purwono menyampaikn secara umum, perlu waktu 2 tahun untuk memperbaiki, merevitalisasi, atau membangun pabrik gula hingga pertama giling. Apalagi, pabrik gula pelat merah mendominasi produksi gula konsumsi dalam negeri.

Akademisi IPB tersebut menegaskan upaya revitalisasi pabrik gula BUMN positif untuk jangka panjang, namun hingga pabrik beroperasi normal pada 2019, Indonesia diprediksi masih harus mengimpor gula putih atau gula mentah (raw sugar) untuk dikelola menjadi gula putih.

"Kalau sudah di-regrouping, sudah direvitalisasi, produksi kembali ke 2,5 juta ton total gula putih itu masih bisa. Rata-rata dalam keadaan normal, PG BUMN itu mengolah sampai 1,6 juta ton, lalu sekitar 900.000 ton dihasilkan pabrik gula swasta," jelas Purwono saat dihubungi Bisnis pada Kamis (12/1/2017).

Dia mencatat pada tahun lalu rendemen dan produktivitas pabrik gula memang rendah, namun pabrik gula swasta tidak begitu terdampak karena mereka memiliki sistem pengelolaan yang efisien. Biaya produksi pabrik gula swasta yaitu maksimal Rp6.000, jauh dari harga gula putih impor yangs aat landing di Indonesia harganya mencapai Rp7.500-Rp8.000 per kilogram.

Menurut perhitungannya, dengan tambahan impor setara gula kristal putih sebesar 600.000 ton pada tahun lalu, pasokan awal tahun ini memang terbilang aman. Kendati demikian, Indonesia masih defisit sekitar 500.000 ton gula putih pada akhir tahun ini.

Defisit ini cukup besar, mengingat pabrik gula pelat merah yang mendominasi produksi gula putih mengalami penurunan produksi yang cukup besar. Salah satu pabrik milik PYTPN IX bahkan tidak giling pada tahun lalu karena sedang diperbaiki.

Purwono menjelaskan dengan direvitalisasinya sebagian besar pabrik BUMN, produksi gula dalam negeri bisa mencapai 3-3,2 juta ton pada 2019 mendatang. Artinya, dengan kebutuhan rata-rata 235.000 ton per bulan,  dua tahun lagi Indonesia tidak perlu lagi mengimpor gula konsumsi.

Angka produksi minimal 3 juta ton tersebut pun sudah memperhitungkan beberapa pabrik gula swasta baru yang akan giling pada tahun ini dan pabrik-pabrik baru yang tahun lalu sudah melakukan giling namun utilisasinya masih 50%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dara Aziliya
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper