Bisnis.com, JAKARTA – Institut Pertanian Bogor (IPB) mencatat banyak penyakit-penyakit baru yang ditemukan pada benih tanaman, yang dibawa oleh benih yang diimpor dari luar negeri. Sejak 1994 hingga sekarang, IPB mengidentifikasi sedikitnya 12 jenis organisme penganggu tanaman (OPT) baru telah muncul.
Kepala Klinik Tanaman Departemen Proteksi Tanaman IPB Widodo menyampaikan ke-12 OPT baru yang telah muncul tersebut merupakan golongan A1 atau jenis penyakit yang belum terdapat di dalam negeri. dia meminta pemerintah lebih ketat dalam mengawasi impor benih.
"Munculnya penyakit penyakit baru yang ditemukan tim klinik tanaman selama ini karena terbawa oleh benih. Benih-benih ini merupakan benih impor,” terang Widodo melalui keterangan resmi yang diterima Bisnis, Senin (12/12/2016) malam.
Menurut Widodo, benih yang membawa bibit penyakit ketika ditanam akan menular ke tanaman yang lain melalui aliran air, percikan air, angin, serangga, serangga, vektor, alat-alat pertanian maupun perdagangan produk tersebut. Hal ini sangat berbahaya karena seringkali ketika muncul penyakit baru kita tidak memiliki strategi penanganan yang tepat dan cepat.
Sebagaimana diketahui, Indonesia belum lama ini sempat diramaikan dengan penangkapan empat warga China yang melakukan budidaya cabai di Bogor, Jawa Barat. Mereka ternyata membawa benih cabai dengan penyakit erwinia chrysantemi yang tidak terdapat di Indonesia.
Pemerintah melalui Badan Karantina Pertanian Kementan akhirnya memusnahkan sedikitnya 5.000 batang pohon cabai dan benih tanaman seberat 2kg agar penyakit tersebut tidak menular dan merusak investasi petani hortikultura Indonesia.
Sementara itu, Ketua Departemen Proteksi Tanaman Faperta IPB Suryo Wiyono mengungkapkan penyakit yang dibawa oleh benih amat merugikan petani karena menurunkan produksi, meningkatkan biaya, dan menurunkan pendapatan petani. Dia menyebut sekali hama tersebut masuk, maka sulit sekali bagi negara untuk melenyapkannya.
"Kita perlu belajar dari kasus bawang merah. Tahun 1997 terjadi impor bawang merah konsumsi yang kemudian disalahgunakan menjadi benih. Bawang tersebut ternyata mengandung penyakit Fusarium oxyporum fsp. cepae panyakit ini pada waktu itu golongan A1. Sampai saat ini, penyakit tersebut terus menyerang dan menjadi musuh utama petani bawang,” ungkap Suryo.
Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Benih (KRKP) Said Abdullah menuturkan maraknya enyakit baru yang masuk lewat benih harusnya menyadarkan kita untuk segera mewujudkan kedaulatan petani atas benih.
Menurutnya, dengan mengutamakan benih dari petani maka kita bisa terhindar dari resiko ledakan (outbreak) hama penyakit. Selain itu, dengan berdaulat benih maka kita mendorong tumbuhnya ekonomi di tingkat petani.
“Maraknya impor benih dapat menjadi ancaman serius bagi pencapaian kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani karena penyakit baru yang masuk, belum tentu kita siapkan penanganannya,” jelas Said.