Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Mamin Perlu Tambahan Investasi Bahan Baku Makanan

Pelaku usaha makanan dan minuman mendorong para investor baru untuk menginvestasikan dananya pada industri bahan baku agar impor dapat tersubstitusi.
Seorang konsumen sedang memilih makanan dalam kemasan/Antara-M. Agung Rajasa
Seorang konsumen sedang memilih makanan dalam kemasan/Antara-M. Agung Rajasa

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha makanan dan minuman mendorong para investor baru untuk menginvestasikan dananya pada industri bahan baku agar impor dapat tersubstitusi.

Kendati demikian, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengakui bahwa investasi bahan baku industri makanan dan bahan penolong (intermediate) membutuhkan dana yang sangat besar, maka hal itu menyebabkan sulitnya investor baru untuk tertarik menanamkan modalnya di dalam negeri.  

“Misalkan pabrik glukosa dan fruktosa yang dipakai untuk bahan baku permen dan minuman, itu minimal Rp100 miliar. Pabrik minyak sawit saja minimal Rp1 triliun, pabrik gula minimal Rp3 triliun. Kalau suruh [pengusaha] kecil tidak mungkin,” ujarnya, Minggu (4/12).

Di samping itu, dengan terisinya industri di level hulu dan intermediate, bakal mengurangi ketergantungan impor negara. Dia mencontohkan asam sitrat atau citric acid yang digunakan untuk mengatur pH keasaman makanan masih impor, padahal bahan bakunya tersedia di Indonesia, yaitu singkong dan kentang.

“Jadi biar industri naisonal fokus di hilir dan investor asing di hulu dan intermediate karena di hulu investasinya lebih besar,” katanya.

Untuk itu, dia berharap pemerintah dapat memberikan insentif yang dapat menarik minat para investor. Saat ini, insentif yang tercatat sudah diberikan pemerintah adalah tax holiday dan tax allowance.

Namun, persyaratan yang cukup tinggi, yaitu nilai investasi yang mencapai Rp1 triliun dia nilai memberatkan sehingga dikhawatirkan mencegah minat investor.

“Saya bilang ini kegedean, harusya Rp100 miliar sudah boleh supaya bisa lebih banyak yang dapat. Sekarang yang dapat [insentif] baru yang besar, seperti Sinarmas dan Wilmar. Yang bangun pabrik senilai Rp100 miliar-Rp500 miliar tidak ada yang dapat. Ini lagi di nego,” ungkapnya.

Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi dalam negeri industri makanan mencapai Rp7,4 triliun pada kuartal III/2016, sementara investasi asing mencapai US$632,2 juta. Dari nilai tersebut, ada sekitar 633 proyek yang sudah realisasi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper