Bisnis.com, JAKARTA - Maraknya infrastruktur di Jakarta dan sekitarnya berdampak positif bagi pertumbuhan sektor properti pada 2017. Selain itu, gairah properti juga ditopang oleh kebijakan pemerintah yang probisnis dan ekspektasi tinggi dari program amnesti pajak.
"Pasar properti khususnya, apartemen akan memasuki era siklus baru pada 2017, tumbuh secara bertahap dan kembali menjadi ladang investasi yang prospektif," kata Director Head of Research and Consultancy Savills Indonesia, Anton Sitorus di depan sejumlah konsumen dan investor properti dalam acara bertajuk Economy Outlook 2017, di Jakarta, Jumat (25/11/2016).
Anton menambahkan faktor ekonomi makro seperti target pertumbuhan ekonomi di atas 5% juga dinilai ikut menggairahkan sektor properti terutama apartemen. Lalu, kebijakan pemerintah yang probisnis terlihat dari penerbitan Keputusan Presiden (Keppres) bagi kepemilikan properti asing yang berlaku universal.
Saat ini, jumlah apartemen yang terbangun sekitar 120.000 unit. Berdasarkan pasokan (supply by area), kawasan CBD (Sudirman-Thamrin-Kuningan-Gatot Subroto) dan Jakarta Utara memasok sekitar 27.000 unit apartemen, Jakarta Barat 23.000 dan Jakarta Selatan 20.000.
Jakarta Pusat memasok sekitar 16.000 dan Jakarta Timur hanya sekitar 5.000 unit. "Karenanya, hanya Jakarta Timur yang masih memiliki ruang untuk dikembangkan," kata Anton.
Dia mengatakan secara keseluruhan jumlah pasokan unit pada Semester I 2016, sekitar 6.000 unit apartemen. Jumlah ini, sangat kecil dibandingkan pertumbuhan properti pada periode yang sama di Singapura.
Selama hampir satu dekade terakhir, pasar properti Indonesia mengalami pasang surut. Data statistik pasokan semester I/2016, memperlihatkan tren peningkatan pertumbuhan. Investor dan konsumen (end user) properti mulai melihat peluang yang menggiurkan di bisnis properti.
Anton mengingatkan untuk tidak menunda membeli apartemen sebelum harga melejit pada tahun depan. Kalau kita telat (beli properti), harganya semakin tinggi dan keuntungan (capital gain) yang diperoleh pun lebih kecil.
"Kenaikan atau turunnya harga properti dapat diprediksi, tiap tahun. Namun, di Indonesia belum ada sejarah harga properti anjlok untuk jangka waktu lama. Alasannya, kebutuhan hunian terus meningkat dampak dari pertambahan penduduk dan masih tingginya tingkat migrasi (pekerja, kuliah) ke Jakarta," ucap Anton.
Menurutnya saat membeli untuk dihuni atau investasi, harganya harus terjangkau dan berada di kawasan pengembangan baru (emerging district) seperti kawasan Cawang-MT Haryono, Jakarta Timur.
Salah satu pemicunya adalah dibangunnya berbagai infrastruktur transportasi publik yang terintegrasi di kawasan tersebut. Kondisi ini, mendorong pengembangan tren transit oriented development (TOD) yaitu konsep pengembangan properti yang terintegrasi dengan jaringan transportasi publik.
"Properti-properti di sekitar atau dekat dengan mass rapid transit (MRT) atau light rail transit (LRT) punya potensi mengalami pertumbuhan harga yang luar biasa ke depannya. Kenaikan harga tanah dan properti, rata-rata bisa 15%-20% per tahun dalam jangka panjang," kata Anton.
Sementara itu, Presiden Direktur Pikko Land, Nio Yantony mengatakan kawasan sekitar Cawang-MT Haryono yang berlokasi tidak jauh dari area segitiga bisnis (CBD) Jakarta merupakan pintu masuk (golden gate) pergerakan masyarakat yang tinggal di Cibubur, Depok, dan Bekasi.
Pembangunan infrastruktur penghubung tol Becakayu dan LRT yang direncanakan selesai pada 2018, akan mengerek harga lahan dan properti di kawasan pengembangan hunian terintegrasi, Signature Park Grande (SPG).
"Kawasan hunian SPG terintegrasi dengan TOD yang dikelilingi infrastruktur yang mendukung kegiatan pemiliknya seperti pusat perkantoran, pusat perbelanjaaan maupun stasiun transit (stasiun kereta, LRT, pintu tol dan pemberhentian angkutan lainnya)," ucap Yantony.