Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asosiasi Pengelola Pusat Belanja: Demo Picu Biaya Keamanan

Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyatakan biaya keamanan melonjak secara signifikan hingga tiga kali lipat saat demostrasi sehingga cukup merugikan pengelola pusat perbelanjaan seperti mal dan ritel.
Pusat perbelanjaan/Antara
Pusat perbelanjaan/Antara

Bisnis.com, JAKARTA -  Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyatakan biaya keamanan melonjak secara signifikan hingga tiga kali lipat saat demostrasi sehingga cukup merugikan pengelola pusat perbelanjaan seperti mal dan ritel.

"Terus terang, yang signifikan merugikan itu biaya keamanannya. Itu mahal sekali sebab pasukan pengamanan dilipatgandakan, bahkan 'triple' (tiga kali lipat)," kata Ketua Umum APPBI Stevanus Ridwan dalam diskusi bertajuk "Demo, Iklim Bisnis dan Harapan Pengusaha" di Jakarta, Rabu (16/11/2016).

Menurut Stevanus, besarnya jumlah pasukan pengamanan menyebabkan mereka harus lembur, yang menurut dia cukup membebani biaya operasional.

"Jadi mereka dihitung lembur semua, yang seharusnya masuk berikutnya harus sudah masuk. Yang sudah dari pagi juga jaga terus. Itu biayanya mahal. Belum lagi melakukan pengamanan sekitar," tuturnya.

Tingginya biaya operasional, menurut Stevanus, akan dibebankan ke pajak pelayanan yang akhirnya akan berdampak pada harga jual produk. "Jadi yang menderita ya rakyat juga," imbuhnya.

Stevanus menjelaskan, saat demonstrasi 4 November lalu, kondisi mal sebenarnya masih cukup ramai hingga sore hari. Khusus mal di kawasan dekat lokasi demo hanya mengalami penurunan kunjungan karena adanya penutupan jalan.

Esoknya, pada 5 November, barulah terlihat dampak demo dengan penurunan jumlah pengunjung.

"Pagi sampai siang 28 persen pengunjung hilang, sore berkurang sekitar belasan persen dan sampai malam tutup turunnya sekitar 7 persen. Namun pada 6 November, jumlah pengunjung normal lagi," ungkapnya.

Kalangan pengusaha mencatat, dalam aksi pada 4 November lalu yang menuntut proses hukum Basuki Tjahja Poernama (Ahok), sekitar 180.000 orang turun ke jalan.

Jumlah tersebut merupakan yang terbesar selama era demokrasi di Indonesia karena demonstrasi pada 1998 silam hanya melibatkan 120.000 orang.

Berdasarkan kajian Bank Indonesia, asumsi dampak kerugian ekonomi ditaksir mencapai Rp2,9 triliun akibat penurunan sektor konsumsi hingga 60 persen dan aktivitas lainnya sebanyak 30 persen.

Ada pun kerugian transaksi penurunan omzet ditaksir mencapai Rp500 miliar dengan asumsi perhitungan toko yang tutup 20.000 toko beromzet rata-rata Rp25 juta per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : ANTARA
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper