Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Senjata Impor Harus Beri Timbal Balik ke Industri Nasional

Indonesia harus mendapatkan imbal dagang, kandungan lokal, dan ofset paling sedikit 85% dari nilai pengadaan alat persenjataan impor.
Presiden Joko Widodo (tengah) melihat-lihat tank produksi PT Pindad di Divisi Senjata PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, Senin (12/1). Presiden mendorong berkembangnya industri alustista produksi dalam negeri guna memenuhi kebutuhan pertahanan nasional. /ANTARA
Presiden Joko Widodo (tengah) melihat-lihat tank produksi PT Pindad di Divisi Senjata PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, Senin (12/1). Presiden mendorong berkembangnya industri alustista produksi dalam negeri guna memenuhi kebutuhan pertahanan nasional. /ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA – Pembelian alat persenjataan impor diatur ketat agar bisa mendorong pengembangan industri pertahanan dalam negeri.

Ketua Bidang Alih Teknologi dan Ofset Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Rachmad Lubis mengatakan pembelian alat persenjataan dari luar negeri harus memenuhi persyaratan imbal dagang, kandungan lokal dan ofset.

Indonesia harus mendapatkan imbal dagang, kandungan lokal, dan ofset paling sedikit 85% dari nilai pengadaan alat persenjataan impor.

Imbal dagang merupakan perjanjian agar negara penjual senjata berkomitmen membeli komoditas dengan nilai total yang setara dari Indonesia

Adapun ofset merupakan kompensasi dari negara penjual atau produsen misalnya dalam bentuk pembangunan industri MRO, produksi bersama, alih teknologi, hingga mengambil industri nasional sebagai salah satu rantai pasok global.

“Ini diatur oleh UU no. 16/2012 tentang Industri Pertahanan. Minimal 85%. Ofset ini untuk kepentingan nasional,” kata Rachmad, Kamis (10/11/2016).

Pemetaan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KPIP) menunjukkan industri pertahanan dalam negeri sudah mampu memproduksi 40% dari 1.200 jenis kebutuhan alat persenjataan baru seperti produk pakaian anti peluru, pistol, hingga kapal tempur.

Produk yang belum bisa diproduksi di dalam negeri akan dipenuhi lewat penelitan & pengembangan nasional (13%), pengembangan bersama (10%), produksi patungan (10%), dan impor (27%).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper